Akhirnya Memilih Imam

Heu heu heu... abis saur kenyang aje... mata ngantuk pula, daripada tidur nanti nasinya berubah jadi timbunan lemak (teori apa ini?) mending nulis biar nasinya rada bermanfaat.
Hari ini deg2an abis. Dalam beberapa jam kedepan, ane yang seorang singlewati ini akhirnya akan melepas masa galau berkepanjangan, masa share-shere berita, masa koman-komen, sampai masa nontonin orang yang berantem di kolom komentar - di socmed dengan memilih seorang imam... (backsound lagunye Noura : wo o o u u apakah kau menaruh hati padaku? #eaa) halah.
Pemilu tahun ini emang serunya nggak ketulungan. Em pada dasarnya ane emang suka pemilu sih, bahkan kalau suruh pemilu sebulan sekalipun ane rela, terserah deh milih ape aje. Milih kamu juga boleh *ngomong sama... #ah sudahlah
Back to the topic, tahun ini pemilunya duh mari kita spesifikan jadi pilpres, pilpresnya seru karena finally kita punya kertas suara yang sakuable, alias bisa disakuin. Ukurannya imut, dan presisi, dengan tingkat kelengkungan yg pas rasanya. Maknyus.
Itu semua karena cuma ada foto 4 manusia di kertas suara kita, om owo, om hatta sebagai capres-cawapres nomor 1. Om owi dan om kalla sebagai capres cawapres nomor 2. Huh, sebenarnya ane agak menyayangkan sih kenapa KPU tidak turut serta menambahkan foto Michael Buble dan Saharukh Khan sebagai kandidat nomor 3 yang ane jamin bisa menggiring swing voters bahkan menggoyahkan iman para pecinta nomor urut satu dan dua.
Nggak lah, lu pikir masalah kertas suara sepenting itu sampai bikin pilpres kita seru? Ada yang lebih bikin seru, para kandidat capres cawapres serta pendukungnya.
Ibarat kata kita semua adalah orang-orang yang dilanda bosan. Sepuluh tahun sodara, sepuluh tahun foto pak SBY terpampang di atas papan tulis sekolah-sekolah kita. Sepuluh tahun kita mendengar presiden kita berucap prihatin , *alhamdulillah dari pade dia bilang emang gue pikirin? Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar untuk manusia yang suka variasi. Bukan karena pemerintahan pak SBY jelek, kita cuma pengen foto presidennya ganti, itu aja.
Lalu dua orang muncul... jeng jeeeng. Prabowo Subianto dengan profilnya yang tegas, berwibawa, kaya raya. Em ganteng pas masih muda. Kaya si Al tapi versi lebih pinternya. IQ aja di atas 150. Lalu ada juga Jokowi dengan profil berkebalikan dari Prabowo, ia dicinta karena gayanya yang merakyat. Suka blusukan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Keduanya sama kuat, sama-sama punya kelebihan. Sama-sama punya titik lemah untuk diserang. Prabowo dengan isu HAM nya, dan Jokowi dengan isu PKI nya. Dua isu ini digulirkan sebagai penyedap pilpres.
Di sisi lain pemilih jadi lebih bergairah karena untuk kali ini beberapa kepentingan bisa diakomodir oleh kedua capres, umat Islam merasa Islam akan lebih aman jika amanah presiden dipercayakan pada Prabowo, berlaku juga bagi mereka yang agak sensi kalau denger nama amrik, sebaliknya orang-orang yang menginginkan keberagaman dijunjung tinggi, termasuk kebebasan , merasa Jokowi adalah pilihan tepat.
Lalu kita harus memilih, dia atau dia. Di masa pencoblosan ini ane nggak mau kampanye lah ya. Silahkan pilih yang sesuai hati nurani, yang menentramkan jiwa, yang tidak menyalahi kata hati. Tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan yang maslahat untuk negara ini.

Maka hari ini  datanglah ke TPS baca doa, coblos, istighfar, mohon yang terbaik, pulang dan nonton quick count :p
Satu hal lagi. Sesungguhnya pilpres ini adalah media bagi singlewati untuk memilih imam. Kita pilih imam negara sebelum pilih imam keluarga. Salam pilih imam negara menyesal 5 tahun, tapi jika kita salah pilih imam keluarga, kita akan menyesal selamanya. Halah...
Selamat memilih, pilih yang itu yaaaa ;)

Comments