Tawakal pada Allah 1


AlDakwah.org---Tawakkal secara bahasa adalah berpegang dan berserah. Adapun maknanya secara istilah adalah seperti yang dikatakan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Berpegang hati kepada Allah SWT dengan benar, untuk menghasilkan manfaat dan menolak bahaya, serta melakukan sebab-sebab yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk melaksanakannya.
Tawakkal adalah salah satu ibadah hati, yang merupakan salah satu ibadah yang agung, memiliki pengaruh besar bagi kehidupan setiap muslim, termasuk ibadah termulia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan termasuk tingkatan tauhid yang tertinggi. Karena seluruh perkara tidak akan didapatkan kecuali dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan meminta pertolongan-Nya SWT. Firman Allah SWT:
Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, ... (QS. 25:58)
Dan Firman-Nya dalam ayat yang lain:
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. 65:3)
Rasulullah SAW bersabda:
Jika kalian bertawakkal kepada Allah SWT dengan sebenarnya, niscaya Dia SWT akan memberi rizki kepada kalian seperti yang Dia SWT berikan kepada burung, pergi di pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut kenyang. (HR: Ahmad 205, Ibnu Hibban 2/509, Tirmizi 2344, Ibn Majah 4164).
Rasulullah SAW memberikan sifat kepada orang yang bertawakkal kepada Allah SWT dengan dua sifat; pertama, bekerja untuk mendapatkan rizqi dan berpegang kepada yang memberikan segala sebab. Hadits ini memberikan pengertian yang sangat penting bagi kita semua tentang yang dimaksud dengan tawakkal. Burung, yang disebutkan dalam hadits tersebut, ia keluar di pagi hari, meninggalkan sarangnya untuk bekerja mencari rizqi. Ini adalah pekerjaan yang dilakukannya, bukan berdiam diri di sarangnya menantikan datangnya rizqi. Kemudian di sore harinya, ia kembali dengan membawa makanan untuk dirinya dan anak-anaknya yang belum bisa terbang. Begitu juga dengan kita sebagai manusia, kita harus bekerja untuk mendapatkan rizqi, dan hal itu adalah tawakkal yang diperintahkan dalam agama.
Ibnul Qayyim berkata: "Tawakkal adalah separu agama dan separu yang kedua adalah kembali (inabah). Sesungguhnya adalah meminta pertolongan (isti'anah) dan ibadah. Tawakkal adalah meminta pertolongan, sedangkan inabah (kembali) itulah ibadah." Beliau juga berkata: "Jikalau seorang hamba bertawakkal kepada Allah SWT dengan sebenarnya untuk memindahkan gunung dari tempatnya, sedangkan ia memang diperintahkan untuk memindahkan gunung tersebut, ia pasti mampu memindahkannya.
Ketika Rasulullah SAW menyebutkan tentang 70.000 dari kaum muslimin akan masuk surga tanpa melewati hisab (perhitungan amal) dan azab (siksaan), beliau menyebutkan tanda-tandanya yang di antaranya adalah mereka senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT, termasuk di antara mereka adalah 'Ukasyah. (Lihat Bukhari 5378, Muslim 218, IBnu Hibban 13/447).
Karena begitu pentingnya tawakkal, Allah SWT memerintahkan bertawakkal kepada-Nya setiap waktu, di setiap tempat, dan dalam setiap keadaan:
Pertama: ketika beribadah. Firman Allah SWT:
maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 11:123)
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya SAW dan semua umat Islam agar selalu beribadah dan bertawakkal. Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:
dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabbmu kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 33:2)
dan bertawakkal-lah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS. 33:3)
Maksudnya, bertawakkallah kepada Allah SWT dalam semua keadaan dan urusanmu. Ini adalah taujih (pengarahan) kepada Rasulullah SAW agar bertawakkal, bertaqwa, dan beribadah kepada-Nya, serta mengikuti semua yang diwahyukan kepadanya. Ini adalah perintah kepada beliau dan kepada semua umatnya sampai hari kiamat.
Kedua: disaat berdakwah.
Khithab (perintah) yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, juga merupakan perintah kepada semua umatnya, kecuali ada dalil khusus yang menunjukkan kekhususan perintah tersebut. Firman Allah SWT:
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki 'Arsy yang agung." (QS. 9:129)
Dia-lah yang memiliki keagungan, kekuatan, dan kebesaran. Dia SWT yang memberikan perlindungan kepada yang berlindung kepada-Nya. Menolong kepada siapapun yang minta pertolongan kepada-Nya. Nabi Nuh AS mengatakan:
dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal,…. (QS. 10:71)
Dakwah yang dilakukan oleh Nuh u, merupakan sebuah contoh kesabaran dalam berdakwah, perjalanan dakwahnya yang panjang ia mendapatkan berbagai macam tuduhan dan ejekan dari kaumnya. Dalam menghadapai semua itu, beliau u selalu bertawakkal kepada Allah SWT dan terus menerus dalam berdakwah. Begitulah mestinya seorang da'i dalam berdakwah, jika tidak diterima di tengah masyarakat, hendaklah ia bertawakkal kepada Allah SWT. Niscaya Dia SWT akan melindunginya dari gangguan mereka dan melapangkan dadanya karena sikap orang di sekitarnya yang berpaling darinya.
Ketiga: dalam masalah hukum dan keputusan.
Firman Allah SWT:
Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah.(Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Rabbku.Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (QS. 42:10)
Ayat ini adalah hikayat sabda Rasulullah SAW kepada para sahabat yang maksudnya adalah ; jika orang-orang kafir, baik dari kalangan ahli kitab atau musyrikin, berbeda dengan kalian tentang masalah agama, maka katakanlah: hukumnya harus kepada Allah SWT, bukan kepada kalian, dan Dia SWT telah berfirman bahwa agama yang diridhai adalah Islam, bukan agama yang lain. kemudian, ayat di atas ditutup dengan perkataan beliau; hanya kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan kembali. (lihat :al-Qurthubi 16/7).
Keempat: dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah SWT, firman Allah SWT:
Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mu'min pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (QS. 3:121)
ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah karena Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal. (QS. 3:122)
segala keperluan dalam berperang, tentu sudah dipersiapkan ketika akan berperang. Artinya, harus ada usaha dari kita untuk mendapatkan kemenangan dalam berperang. Walau demikian, kita tetap diperintahkan untuk bertawakkal kepada Allah SWT, karena menang atau kalah adalah keputusan Allah SWT. Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal. (QS. 3:160)
Dalam firman-Nya ini, seolah-olah Allah SWT berfirman: jika kalian dalam keadaan lemah, maka kemenangan ada di tangan Allah SWT, oleh karena itu, bertawakkallah kepada-Nya. Wallahu A'lam.
Abu Fatimah az-Zahra. (Buletin Jum'at Ar-Risalah)

Comments