Posts

Showing posts from March, 2014

Kita Tidak Akan Pernah Mengenal Sampai Kapan pun

Kamu lari... Lalu ku kejar Setelah itu aku meminta bantuan angin untuk mencegatmu yang masih ingin berlari Wusss... "Kenapa?" "Kenapa kamu pergi?" "Sudah selama ini kita bersama dan kamu tidak tau kenapa aku pergi?" "Sudah selama ini kita bersama dan kamu tidak tau kenapa aku butuh penjelasan?" Dan kita memang tidak akan pernah mengenal sampai kapan pun. Kapan pun!

Di Sana

Jangan berharap pada langit, Karena langit lebih sering menawarkan warna kelabu dari pada biru. Belira gusar. Ditumpahkannya pensil dua puluh warna dari dalam kotaknya. Ia sedang mencari warna biru. Ia ingin mewarna biru pada langit. Tangannya gemetaran memilah-milah. Seharusnya ada. Seharusnya warna biru itu bersatu dengan warna-warna lainnya. Namun tidak! Biru itu lenyap entah dibawa oleh apa atau siapa. “Biru-biru-biru”, mulutnya menceracau tidak jelas. “Biru kamu di mana?” Ia memanggil-manggil pensil warna biru seolah dia punya telinga.  “Biru” “Biru...” “Biru......” “Aaaarrgh!” , ia mulai tak sabar. Tangannya  mengacau ke kanan, kiri, memutar, sembarangan. Diacak-acaknya pensil-pensil berkepala lancip yang sudah terserak, membuatnya makin porak poranda. Wanita berambut kusut itu mementalkan dirinya ke sudut kamar. Meringkuk. Giginya bergemelutuk. Tubuhnya bergetar. “Biru...,” suaranya lirih tapi penuh emosi. “Biru kamu di mana?” Kini ada isak di sela-sela k

Ketika itu Menyangkut Kamu, Beranjak Dan Melupakan Menjadi Tidak Mudah

Percayalah... Dulu ku pikir aku adalah seseorang yang bisa jatuh cinta berkali-kali dan bangun berkali-kali. Karena pada kenyataannya hal itulah yang sering ku alami. Jatuh cinta, bangun, lalu melupakan. Jatuh cinta lagi, bangun lagi, melupakan lagi. Jatuh cinta bagiku semudah membalik telapak tangan. Bahkan hanya karena hal-hal super sepele aku bisa jatuh cinta. Sebaliknya karena hal-hal maha sepele juga aku berhenti mencinta. Kamu tau dulu ada seorang lelaki dengan gelang di tangannya. Suka memetik gitar. Iya, dia pengamen jalanan yang selalu duduk di depan Museum Serangan Oemoem 1 Maret untuk memetikkan lagu-lagu lawas milik Ebiet G Ade atau Iwan Fals. Lelaki itu datang ke sana lepas Ashar. Lalu dengan kursi kecil yang di bawanya sendiri ia duduk. Di depannya ia meletakkan toples kosong transparan kusam berbercak hitam. Kakinya selalu dibuka agak lebar, gayanya lelaki sekali. Setelah itu lekukan gitar tanpa sarung itu melekat di pahanya. Jari-jarinya yang berkuku agak hitam meme

Dibohongi Sama Kucing Sendiri Itu Rasanya... OK Fine. #AkuRapopo

Image
Beberapa waktu lalu kucing ane si Inah melahirkan. Yah udah hampir tiga mingguan lah. Kucing-kucing itu kami rumahkan di bawah lemari baju ane -_-.  Biasa, tiap ada kucing baru, nih tangan rasanya gemes pengen noel-noel. Apalagi ibu. Ibu semangat banget negokin cucunya #eh. Nah mungkin Inah ngerasa anaknya nggak aman ada di dekat kami. Maka pada suatu ketika... "Dhitaaaa... kucing-kucingmu ilaaaang?" MbakEci, kakak yang sekamar sama ane (jangan bayangin kamar ane segede kolam renang kudanil. Kamar ane kecil, tapi atas ijin Allah bisa memuat ane, kakak ane dan sekeluarga kucing.) berteriak histeris. Ane sedikit panik mendengarnya. Tapi kembali sadar setelah ane ingat bahwa kucing memang suka pindah2. Namun nggak lama setelah itu. Inah pulang ke rumah. Wajahnya sedih. Dia mondar-mandir kaya orang kucing bingung. Kami sekeluarga mulai berspekulasi. Jangan-jangan Inah mindahin anak, tapi lupa di mana letaknya. Bahkan Inah nggak cuma mbingungi sehari. Hampir semingguan di

Siapa Tau Ini Satu-satunya Kesempatan Buat Memilih!

Image
google Yuhuuu... udah dari jaman Einstein kriting - hidup manusia dipenuhi dengan pilihan. Bahkan ketika melihat apel jatuh, Einstein bisa memilih - mau berfikir lalu menemukan rumus gravitasi. Atau diem aja dan malah mungutin tuh apel buat dimakan. Kalau ane jadi Einstein ane bakal pilih yang kedua, kenapa? karena kenyataannya ane bukan Einstein dan ane tidak suka berandai-andai hahaha #apaandeh. Memilih emang kadang ngeselin. Apalagi kalau pilihannya kece semua. Yah pengalaman pribadi sih, saat ane suruh milih antara Michael Buble yang jadi mualaf dengan Dude Herlino tuh rasanya susaaah banget, apalagi tiba-tiba Dwi Sasono dateng.OmaiGaaaad, ini tuh dilema yang lebih dilema dari lagunya Cherry bel (eh bener kan tulisannya? ngomong-ngomong mereka masih ada nggak sih?). Memilih mereka semakin sulit karena ane tau ane hanya bisa melakukan hil mustahal itu dalam mimpi #ngek #akurapopo.