Posts

Showing posts from August, 2014

Catatan dua empat

Terimakasih, atas berkah usia ini... terimakasih atas semua yang bisa disebutkan tapi terlalu banyak sehingga butuh waktu dua puluh empat tahun untuk menyebutkan dan itu waktu yang panjang kan? Maksudku dua puluh empat tahun yang kugunakan untuk menyebut semua pemberianNya bisa kugunakan untuk melakukan hal lain yang akan menambah daftar panjang ucapan terimakasihku padaNya. Jadi kuputuskan -kuyakin Ia mengerti karena selama ini juga begitu- untuk menyatakan yang general saja, terimakasih untuk semuanya Rabb. Maaf, atas kelalaian manusia usia dua empat... maaf atas semua yang bisa dirinci tapi terlalu banyak sehingga butuh waktu empat kali lipat dari dua puluh empat tahun yang berarti seabad kurang empat tahun untuk menyusun kesalahan-kesalahan yang masih kubuat, mulai dari yang kecil-kecil sampai yang besar terlihat dan besar tak terlihat. Maaf Rabb. Saat sadar usia sudah dua empat sesungguhnya aku sadar juga bahwa jatah hidup berkurang. Maka di usia dua empat ini aku minta satu hal

Romantisme Hatta dalam Tindakan Sederhana

Image
Tuhan maha asik. Cara Allah membuat hambaNya tersenyum memang macam-macam, salah satunya adalah dengan menuntun hambaNya yang galau ini untuk menunjuk buku yang tidak masuk dalam list belanja sebelumnya.  Jadi cimuters, ceritanya sore itu ane mau beli buku buat nemenin perjalanan ke Lampung. Pilihannya , Kening by Fitrop, Kedai 1001 by Vabyo, atau Kicau Kacau by Indra Herlambang. Dengan semangat 45 ane menuju Toga Mas, berharap dapet satuuuu aja buku itu supaya ane nggak suntuk di jalan. Eh tapi gaes, setelah ane ngiter, dan cek di kompyuter, nggak ada satupun buku inceran ane di tempat itu. Apa-apaan sih ni toko buku? Niat jualan kaga?

Salaman nggak yaaa?

Image
SUMBER Tiap ada momen ketemu keluarga, salaman dengan non mahram selalu jadi dilema tersendiri buat ane. Loh kenapa? Nah ini, pertanyaan kenapa ini yang jawabannya susah. Jadi cimuters, dari awal pas dapet hidayah dulu (saelah). Ane mengamati gerak gerik mbak-mbak akhwat dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Jangankan salaman, mandang ada mereka malu-malu meong. Itulah yang membuat ane "ikut-ikutan" buat nggak salaman dengan lawan jenis. Setau ane waktu itu, salaman dengan non mahram hukumnya dosa dan jujur ane nggak baca lietartur apa-apa, ane cuma percaya dan ngikutin apa yang dilakuin mbak-mbak akhwat tanpa bertanya lebih jauh. Kalau waktu itu ane ditanya, "Kenapa nggak salaman?" Jawaban yang ada di kepala ane cuma- ya kan non mahram, dari salaman itu nanti bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sesimpel itu. Dan ane nggak akan bisa jelasin alasan lebih detilnya .