Romantisme Hatta dalam Tindakan Sederhana

Tuhan maha asik. Cara Allah membuat hambaNya tersenyum memang macam-macam, salah satunya adalah dengan menuntun hambaNya yang galau ini untuk menunjuk buku yang tidak masuk dalam list belanja sebelumnya. 

Jadi cimuters, ceritanya sore itu ane mau beli buku buat nemenin perjalanan ke Lampung. Pilihannya , Kening by Fitrop, Kedai 1001 by Vabyo, atau Kicau Kacau by Indra Herlambang. Dengan semangat 45 ane menuju Toga Mas, berharap dapet satuuuu aja buku itu supaya ane nggak suntuk di jalan. Eh tapi gaes, setelah ane ngiter, dan cek di kompyuter, nggak ada satupun buku inceran ane di tempat itu. Apa-apaan sih ni toko buku? Niat jualan kaga?


Dengan bibir manyun tapi tetep manis :p ane berusaha sabar ngiterin ulang toga mas, iyalah kalo ga dapet apa-apa ane rugi bensin dong. Setelah sisir sana-sini, tangan udah gatel pengen nyomot The cuckoos calling, tapi ga jadi karena harganya setebel bukunya :(, terus hati berteriak-teriak pengen novel romance tapi nggak jadi juga karena di rumah masih ada beberapa yang belom dibaca, finally mata ane tertuju pada buku yang nggak masuk list tapi dulu pernah ane taksir. Judulnya "Hatta - aku datang karena sejarah". Buku ini semacam novel biografi. Dulu ane ga langsung nyomot karena jujur ane rada ga sreg dengan buku jenis yang sama "Kuantar ke Gerbang" yang ditulis Ramadhan KH. Tapi entah kenapa, mungkin emang dasar udah jodo #eaaaak, sore itu ane manteb pilih tu novel, tanpa istikharah. Pokoknya langsung manteb aja gitu. Bismillah.

Daaan alhamdulillah, bener kaaan kemanteban ane berbuah manis.

Buku Hatta ini membuat ane terlarut dalam sosok seorang bung Hatta yang selalu disebut setelah nama Soekarno. Sosoknya masyhur tapi tidak dipuja-puji layaknya Soekarno, padahal setelah ane selami buku setebal 354 halaman ini bung Hatta punya andil yang tidak kalah besar jika dibanding Soekarno dalam memerdekakan Indonesia.

Baru lima lembar, ane sudah merasa jatuh hati pada sosok Hatta. Tidak banyak cakap, rajin ibadah dan berprinsip. 

Di sini ane tidak akan membahas bagaimana perjuangannya memerdekakan Indonesia, bacalah sendiri kalau ingin tau haha. Kapokmu kapan.

Terus gue mau bahas apa dong?

Ane mau bahas sisi romantisnya bung Hatta

Entah kenapa ane selalu suka sama tipe cowok yang cool, punya prinsip dan mampu mempertahankan prinsipnya selama itu benar tapi di waktu lain mau mengalah demi menyenangkan hati sang kekasih (ya elaah kekasih). Dan itu bung Hatta banget. Bung Hatta menikah dengan Siti Rahmiati binti Rachim atas percomblangan Soekarno. Aduh, bung Karno mah emang ye, pilihannya selalu yang top markotop. Jadi meskipun hubungan Hatta dan Karno di akhir cerita merenggang, Hatta selalu berterimakasih karena sudah dipilihkan pendamping hidup nan shalehah. 

Menikahi lelaki berumur dan berprinsip seperti Hatta ada tantangan tersendiri tentu saja. Hatta tidak suka main-main menghabiskan uang, waktunya habis untuk membaca buku, berpikir dan bertindak untuk keluarga dan negara. Dia tidak seperti pak Karno yang pandai merayu, jangan harap ada pelukan di tengah umum atau bisikan "aku mencintaimu" dari mulutnya, bung Hatta tidak seperti itu. 

Begini cara kerja romantisme seorang Hatta

Rahmi ke halaman depan ruang bundar. Dilihat ketiga anaknya tengah bermain di pendopo taman. Langit tak semendung tadi ketika mereka tiba. Embusan angin gunung membawa partikel lembap, dinginnya menusuk.
"Yuke, kancingkan mantelmu! Nanti masuk angin," kata Hatta yang sudah duduk di sebelahnya.
Rahmi menurut. Sekilas ditatapnya sang suami. Kak Hatta, hatinya berbisik. (Hal 332)

Whaaaa sumpah ya, pas baca bagian ini ane teriak-teriak dalam hati... ya Allah aku minta satu yang kaya bung Hatta ini. Dia tipe cowok yang lebih suka melindungi keluarga dari panas matahari daripada mencium mereka di tengah keramaian. Lebih memilih memberikan tempat yang teduh daripada memberikan bunga mawar di depan orang-orang. Cinta bung Hatta ada di hati dan terpancar lewat mata. Ya ampuuun.... melted se melted meltednya :')

Oh ya hampir lupa, saat pernikahannya dengan Rahmi, bung Hatta bukan memberikan emas atau uang untuk mas kawin, tetapi buku yang ia karang di penjara "Alam Pikiran Yunani" katanya buku ini lebih berharga dari uang. Setuju bung, saya rasa para wanita akan merasa terharu mendapat mas kawin hasil karya suaminya sendiri. 

Yah begitulah kira-kira keromantisan bung Hatta yang bisa kita kulik dari buku ini. Selain itu tentu saja kita akan mendapat banyak pengetahuan seputar kemerdekaan kita, hubungannya dengan Soekarno, persahabatannya dengan Sjahrir. Bagaimana ia menghabiskan hidupnya di pembuangan. Banyak. Dan saya suka.

Rate:4/5

Comments