Perjalanan Menjadi Guru #2 tamat (Mereka yang Menerimaku Apa Adanya)


Postingan ini merupakan lanjutan dari Perjalanan Menjadi Guru #1. Ada sebuah pengalaman yang akan ane ingat seumur hidup ane, tentang ketulusan seorang guru dan sebuah Madrasah Tsanawiyah. Di MTsN Yogyakarta 1 ane bukan siswa yang pandai, bahkan ane ga pernah masuk 10 besar. Suatu saat dua atau tiga bulan menjelang UNAS, Mts mengadakan les intensif bagi para siswa, secara gratis tiap sore sepulang sekolah. Sayangnya program itu hanya di tujukan untuk mereka yang masuk sepuluh besar. Ane merasa ada yang salah disini, kenapa yang dibina justru mereka yang sudah bisa? bagaimana dengan kami yang belum bisa?? siapa yang mau membimbing kami??. 

Karena ane  merasa memerlukan les tambahan tersebut, akhirnya ane menghadap Bu Johar koordinator les. "Bu saya boleh ikut, les yang setiap sore??", "Lhoh Dhita mau ikut??" jawab bu Johar. "Iya bu", Dengan wajah sumringah beliau menjawab "o ya boleh sekali saya malah seneng kalo ada orang yang mau belajar", akhirnya program les sore tersebut di buka untuk siapa saja yang memang mau belajar dan mau ikut les. Jadilah tiap pulang sekolah kami ikut les tambahan, udah gratis di kasih makan lagi hehe.

Ane sangat menghargai pengorbanan guru yang harus pulang lebih sore dari biasanya, dengan bayaran yang mungkin tidak seberapa. Mereka mengajar kami dengan tulus dengan harapan semuanya bisa lulus dengan hasil terbaik. Ane bisa melihat ketulusan itu dari mata mereka dari cara mereka mengajar kami, sabar, penuh pengertian, penuh cinta begitulah cara mereka . Ane yakin tak mudah mengajar anak -anak dengan kecerdasan di second level tapi mereka tetap menerima kami. Sungguh waktu itu ane merasa sangat di uwong ke. Ane juga salut dengan management MTs yang mau menggratiskan les buat kami, ditengah komersialisasi pendidikan yang merajalela. Luar biasa, bisa dibilang MTs merupakan sekolah yang paling  berkesan bagi ane. Berkat rajin ikut les tambahan dan juga dibantu oleh teman2 kelompok belajar, Ismi, Dannys, Yeni,Selly, Ulfa, Frista, dan Apri alhamdulillah ane bisa dapet rangking 5 ketika pengumuman kelulusan diumumkan, untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Ketulusan guru2 MTs itulah yang membuat ane termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Ane tau bagaimana rasanya menjadi orang tidak pandai dan ane tau betapa senangnya bisa dibantu dan dimudahkan. Ane hanya ingin melakukan hal yang sama bagi orang lain, membantu mereka terlepas dari belenggu kebodohan dan meyakinkan bahwa mereka bisa. Itulah kenapa ane ngebet banget pengen jadi guru dan Alhamdulillah Allah show me the way.

Bila ditanya siapa pahlawan yang paling berjasa dalam hidup ini, maka gurulah orangnya, ia memang tidak mati bersimbah darah terkena senapan penjajah, tapi ketulusannya, memerdekakan kita dari penjajah yang sesungguhnya. KEBODOHAN.~ dhita hayu cahyani

 Sekali lagi selamat hari guru, untuk  seluruh guru di Indonesia . 

Comments

  1. beruntung banget ya,, sekarang sudah jadi guru.. kisahnya hampir sama, aq juga pengen banget menjadi guru sejak kecil,. itu sebabnya aq mengambil kuliah di IKIP. tapi setelah lulus dan menjadi wisudawan terbaik, ternyata melamar kerja menjadi guru itu susah.. sudah berkali2 melamar di sekolah2 swasta,. dari yang SMP,MTs sampe SMK. tapi, semuanya belum ada yang membutuhkan guru ips.. jadi sedih,.. salam kenal ya. ini link-ku. www.semaranggirl.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. tetap semangat kakak...makasih kunjungannya :)

      Delete

Post a Comment