Jika Bukan Lantaran Engkau...

Kami bukanlah sahabat /shabiyah Rasulullah yang berjuang membela Islam higga harus bertaruh nyawa.... 
Kami hanyalah seorang mahasiswa dan mantan mahasiswa yang mencoba berlari dari dunia remaja kebanyakan, yang suka dugem, yang suka hura-hura, yang hobby mabok, yang doyan free sex. Kami mecoba menyibukkan diri dengan hal yang dapat membuat kami sedikit lupa dengan gejolak kawula muda yang bersemayam di tubuh-tubuh kami. Kami memilih jalan ini jalan yang kami harap mendapat ridhoNya.
Mengaji, rapat-rapat, mengadakan event-event yang mensyiarkan Islam, dan printilan lainnya yang di sebut dakwah.

Sulit, di tengah perjalanan dakwah kami, kami harus berjibaku melawan pikiran sialan yang kadang hinggap di kepala. Pikiran yang menjauhkan kami dari niat awal kami. Niat kami yang hanya untuk menggapai ridha Allah. Ketika kami punya event misalnya, dengan jumlah SDM yang minim dan sibuk tentu kami tak dapat bergantung pada orang-orang tertentu. Semua orang punya kegiatan masing-masing yang harus di prioritaskan sebuah kegiatan yang juga sama-sama memperjuangkan Din ini. Lalu apakah orang-orang itu dapat kita persalahkan ketika mereka tidak berkomitmen kuat terhadap event bersama ini? TIDAK, tidak ada yang bersalah disini, mereka pun sudah dengan segenap usaha mereka membagi waktu antar amanah A dan amanah B dan amanah C yang juga di bebankan kepada mereka, mereka sudah berjuang untuk itu apakah masih pantas mereka dipersalahkan setelah apa yang mereka perjuangkan untuk event bersama ini... 

Jika  mau mempersalahkan,seharusnya kami persalahkanlah pikiran picik kami yang suka merasa hebat sendiri, merasa bekerja sendiri, merasa seolah-olah event ini hanya event sendiri. Damn pikiran sesat yang dibisikkan setan kepada kami di tengah malam ketika kami sedang mengetik proposal misalnya, atau merancang kemegahan event kami. "Dimana temen yang lain?, masak cuma kamu sendiri yang mikir??, harusnya kerjaan ini kan di handle dia... bukan kamu..."....AAaaaRRgggh lihai sekali setan itu.
Namanya juga setan, dia berusaha menjalankan amanahnya dengan sebaik mungkin, menggalaukan manusia. Yah semoga kami tidak keblinger dengan bisikan setan itu... semoga... karena ketika kami meng amin i bisikan setan itu bisa di pastikan event kami akan runtuh dan hancur berantakan.

Di atas hanya sebagian kecil tantangan. Masih ada lagi permainan pikiran yang di suguhkan oleh setan untuk kami cicipi... Pikiran asem itu bernama... "Gue Keren". Siapa sih yang tidak mau di akui eksistensinya, yang tidak mau dianggap berjasa terhadap suatu hal. Pikiran yang membuat kami merealisasikan ide-ide kami sendiri secara egois dan narsis. Membuat konsep se baik mungkin, melupakan syuro-syuro, mengeksekusinya sendiri, dan akhirnya di akhir pertunjukan kami akan di beri applause meriah dan di sanjung-sanjung atas ide brilian yang kami pamerkan. Sensasi itu datang menggelapkan hati-hati kami dan kami menikmatinya, sehingga pada akhir nya kami menutup telinga atas saran sahabat kami sendiri, teman satu tim kami, karena kami merasa ide kami yang paling baik, ya iyalah "Gue Keren". Kami jadi malas menjalankan perintah yang turun dari ketua kami, karena kami merasa ide ketua kami hanya ide sampah. Ide kami adalah raja.

Itulah tantangan yang lebih besar dari sekedar kekurangan dana, atau acara yang belum sempurna. Dua pikiran maksiat itu yang menggerogoti hati kami, menggerogoti niat tulus kami yag kami bangun di awal. Bukankah niat yang lurus itu harus ada di awal, di tengah dan di akhir?

Maka di tengah kesadaran kami yang mungkin tinggal setengah, ketika dua bisikan najis dari setan itu merayap masuk lewat telinga kami, meresap ke otak dan diturunkan ke hati kami, ketika hanya lelah yang kami dapat, ketika kepala ini tidak setegak sebelumnya. Kami coba menampar diri sendiri dan bertanya  "Untuk apa kau ada kan event ini, apa tujuannya, apa manfaatnya??", seketika kami sadar bahwa HANYA Ridha Allah lah tujuan kami, bukan materi. Keindahan Islam lah yang ingin kami gaungkan, bukan keindahan diri kami. Maka perlahan kami merangkak dari keterpurukan, beranjak dari permakluman atas nama "manusiawi". Kami bertahan atas dasar kepercayaan kami terhadap cintaNya dan atas dasar keyakinan bahwa kami masih mencintaiNya.

Jika bukan lantaran Engkau ya Allah... niscaya kami memilih berhenti di sini di persimpangan antara EGO diri dan surgaMu...

 (Sebuah refleksi terhadap diri sendiri)

Ampuni hambaMu yang cacad ini ya Rabb... astaghfirullahaladzim...

bahkan ketika menulis ini pun Setan berbisik "wah kamu hebat pasti nanti banyak yang muji" (asem titeni kowe Tan Setan)


Comments

Post a Comment