Contoh Tulisan Feature yang Salah
Cimuters, tau kan kalo ane ikutan acara keren yang di adain ama Flipmagz, Ageman and Sm@rt Syuhada . Nama acaranya Creative Workshop # Tentang Jurnalisme. Nah ceritanya di CW #1 semua peserta dapet tugas buat bikin feature tentang sosok yang inspiratif dan ada hubungannya dengan pendidikan kreatif...
Di jalan ane sempet galau, hm...siapa ya orang yang inspiratif?? pengennya wawancara nabi Muhammad, tapi kagak bisa. Ya sudah karena ane orang sibuk yang tiap harinya di kejar-kejar kerjaan penting (ndopok'an), ane cari yang simple aja, yang mudah ditemui dan ga pake rewel. Yoyoy dia adalah Ust Fely Hilman kepala sekolah tempat ane bekerja :p (akakakakak:urik).
Dan ini lah hasil feature ane yang masih bolong sana -sini... Ini contoh feature eang salah tolong jangan di sontho,,,(PERINGATAN...Membaca feature ini menyebabkan mual dan mabok...jadi selalu sediakan kresek di samping anda)
Penyanyi
Religi Bating Setir Menjadi Kepala Sekolah
Muda, fashionable dan penuh talenta Ia lah Fely Hilman seorang pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 32 tahun silam. Namanya sempat terkenal di dunia musik religi Islam beberapa tahun lalu lantaran dulu Ia pernah bergabung dengan grup nasyid Justice Voice, sebuah grup acapella religi yang mewakili Indonesia pada ASEAN International Nasheed Festival di Kairo, Mesir. Ia bergabung dengan grup nasyid tersebut selama empat tahun dan resmi keluar pada tahun 2008 . Kini Ia menjadi seorang Kepala Sekolah di salah satu SD Islam Internasional di Yogyakarta. Pertanyaannya, bagaimana bisa?
Menemukan
Idealisme Baru
Siang itu Jogja cukup terik, namun panasnya mentari tak menyurutkan langkah saya untuk memacu sepeda motor ke SDIT Internasional Lukman Al-Hakim yang berjarak satu jam perjalanan dari rumah. Hal tersebut tentu saja saya lakukan demi untuk menjawab rasa penasaran saya tentang sosok kepala sekolah yang katanya di gandrungi oleh seluruh siswa. Kepala sekolah yang berani ber-inovasi dan melakukan gebrakan-gebrakan demi terciptanya iklim positif di lingkungan sekolah.
Ustadz Fely sang kepala sekolah rupanya sedang asyik mendesain seragam baru bagi murid-murid kesayangannya ketika saya tiba di tempat. Beberapa kali Ia meminta pendapat dari staff sekolah yang lain. “Kalau warnanya begini bagus tidak Ust?”, “Sepertinya tidak usah pakai rompi ya, kasian anak-anak gerah”, yang langsung di amini oleh seluruh staff yang ada di situ. Akhirnya waktu interview pun tiba. Saya di ajak ke ruang kepala sekolah yang sederhana namun nyaman.
Perbincangan mengalir santai, sampai tiba saatnya saya menanyakan alasan beliau hengkang dari grup nasyid yang telah membesarkan namanya. “Saya menemukan idealisme baru” katanya, beliau merasa dunia tarik suara tak memberikan ruang yang cukup baginya untuk menggunakan daya pikir. Beliau menginginkan sesuatu yang dapat membuatnya mengeluarkan seluruh potensi yang di berikan oleh Tuhan, dan Sekolah adalah tempat yang tepat bagi Ustadz Fely.
Sejak duduk di bangku SD Ustadz Fely merasa ada yang salah dengan pendidikan di Indonesia, di mana prestasi siswa hanya di ukur dari keberhasilannya meraih nilai tinggi pada mata pelajaran tertentu, seperti Matematika, Ilmu Alam dan sejenisnya. Siswa yang memiliki minat di bidang lain khususnya kesenian tidak pernah mendapat support yang cukup dari sekolah bahkan orang tua. Itulah yang menguatkan azzam beliau untuk memiliki sekolah yang berkwalitas dan dapat menumbuhkan seluruh potensi siswa siswinya apapun itu.
Dan
Kesempatanpun Tiba
Setelah tiga tahun mengabdi sebagai guru di SDIT Internasional Lukman Al- Hakim, akhirnya Ustadz Fely di angkat sebagai kepala sekolah di SD tersebut karena kepala sekolah sebelumnya di pindah tugaskan ke Lampung. Mulai saat itu lah ia bahu membahu dengan seluruh guru dan staff untuk membentuk sekolahan yang bermutu tinggi dengan menggunakan konsep yang mereka namai “Tarbiyah Project”. Tarbiyah project sendiri berprinsip bahwa siswa adalah bibit-bibit tanaman dan guru adalah pemelihara bibit- bibit tersebut, guru adalah fasilitator yang membantu siswa tumbuh sesuai dengan bakat dan minatnya.
Semangat yang di usung oleh Tarbiyah Project ini adalah semangat untuk memberi penghargaan pada siswa sekecil apapun perkembangannya. Itu lah mengapa upacara bendera di SDIT Internasional Lukman Al-Hakim bisa berlangsung selama ber jam-jam karena di momen upacara ini lah seluruh bakat siswa –siswi di apresiasi, mereka di beri bintang penghargaan oleh sekolah. Tidak perlu mandapat rangking pertama untuk mendapat penghargaan tersebut, ketika misalnya si A pada bulan ini mulai membuang sampah di tempatnya padahal bulan lalu tidak, maka Ia berkesempatan menjadi Star of The Month.
Ustadz Fely percaya bahwa penghargaan dapat memotivasi siswa untuk melakukan hal yang lebih baik. Ok itu soal penghargaan tapi saya penasaran, bagaimana kah cara Ustadz Fely menghadapi murid yang nakal dan tidak mau di atur. Beliau bilang “ Mereka hanya butuh kesempatan, untuk berubah menjadi lebih baik”, “dan kami memberikan kesempatan itu, Alhamdulillah lambat laun mereka berubah menjadi pribadi yang lebih menyenangkan”. Ini merupakan poin menarik bagi saya, tidak sedikit guru yang menghakimi muridnya tanpa terlebih dulu mencari alasan kenapa murid ini nakal, kenapa murid ini bodoh, mereka (guru) tidak memberi kesempatan sedikitpun bagi siswa untuk membela diri dan memberi penjelasan.
Tidak terasa sudah hampir satu setengah jam saya ngobrol dengan Ustadz Fely, dan nampaknya Ustadz Fely harus segera melanjutkan pekerjaannya. Satu pertanyaan terakhir saya apakah Ustadz Fely masih bisa mengembangkan bakat seninya di sini mengingat dulu beliau adalah seorang penyanyi. “Ya, kenapa tidak? Saya menciptakan mars untuk sekolah ini, saya juga menciptakan beberapa lagu berbahasa Inggris untuk anak-anak, pengennya sih bikin album lagu anak…mohon doa nya”. Aamiin. Saya pun pamit. Di luar sayup terdengar beberapa siswa menyanyikan lagu “Children of The World” karya kepala sekolah mereka”Sekarang ane tunjukin kesalahannya dimana. Makasih banyak buat mas Popon selaku trainer dan dek Ester yang sudah mengkoreksi ^^
Kesalahans (pake "S" karena lebih dari satu)
Coba lihat paragraf pertama, di situ ada kata fashionable yang seharusnya di cetak miring tapi tetep ane biarkan tegak menjulang seperti tiang bendera (apaan sih). Kenapa harus di cetak miring? karena fashionable bukan bahasa Indonesia. Begitu juga dengan kata azzam di paragraf ke lima harusnya di merengin :).
Masih di paragraf pertama. Ane masih terlalu banyak memakai kata sifat. Padahal seharusnya ane menggambarkan dengan jelas karena prinsip feature itu "to show not to tell"
Ehem dari awal ampe akhir kalian ga akan nemuin di mana sih letak SDIT Lukman Al-Hakim. Itulah yang jadi kesalahan ane, unsur 5W+1H nya kurang lengkapz, padahal yang namanya 5W+1H itu adalah rumus wajib jurnalistik.
Kata mas Popon, sebagai jurnalis itu kita mewakili suara warga Indonesia bahkan dunia, maka kedudukan kita selalu sejajar dengan narasumber oleh karena itu di setiap tulisan jurnalistik tidak diperlukan adanya kata sebutan yang meng hormatkan (apa ya istilahnya??) ya kayak contoh di tulisan ane, ane membahasakan narasumber dengan kata ganti beliau. Padahal seharusnya cukup menggunakan kata ganti "dia".
Nah itu lah kesalahan ane, kalo dari segi konten ya liat aja masih blepotan gitu wkwkwkwk...
Buat cimuters semoga ulasan ini b'manpaat ya...dan semoga kalian tidak mengulang kesalahan ane ^^ ayei.
Pamer aaah
Ane ceeeneeeng beudh karena ane dapet merchandise dari distro Ageman :) ini akibat ulah temen2 ane yang nggak ngumpulin tugas :p (makane cah nek pengin etuk rejeki ki sik sregep :D).
Dan alhamdulillahnya lagi... merchandise dari Ageman itu adalah hal yang emang ane butuhin banget ^^ makasih Ageman.
ane baru sangat butuh notebook baru... Alhamdulillah :) |
waaaaaaaaaaaaa... selamat Dhit, dapet reward ya? bagi2 dong :D
ReplyDelete