Oleh-oleh dari Training Jurnalis Islami by FSRMY Yogyakarta

Tidak ada yang lebih indah dan lebih cantik dari takdir Allah swt, bahkan keindahan Michael Buble pun lenyap seketika ketika di bandingkan dengan indahnya takdir Allah :p (maaf om Buble). Ahad yang luar biasa buat ane. Pagi hari ane menghadiri acara keakraban crew MQ fm Jogja, itupun setelah banyak pertimbangan. Sempet ragu juga sih mau dateng atau enggak. Tapi setelah tanya Ibu, Ibu ane menyarankan buat dateng. Baiklaah karena surga ada di telapak kaki ibu dan dana ada di dompet ibu, maka ane pun dateng dengan di bayarin ibu. Alhamdulillah, ane bersyukur memutuskan untuk hadir dan membabat habis kegamangan ane sebelumnya. Ternyata di acara keakraban ini Allah menakdirkan ane untuk bisa belajar banyak hal. Lebih lengkapnya tentang acara Gathering MQ fm crew, akan ane posting di postingan berikutnya in sha Allah. Di postingan ini ane akan cerita hal luar biasa yang lainnya.

Sebelum dzuhur setelah sesi sharing MQ, ane pamit karena sudah kadung janji untuk menghadiri acara training Jurnalis Islami FSRMY di masjid Syuhada. Awalnya ane dateng cuma karena pengen meramaikan aja, ga gitu pengen dapet ilmunya --',lagian ane juga udah janji sama Rendra, ga enak aja kalo ga dateng. Nah itulah, kalau niat awal kita melakukan sesuatu bukan semata-mata untuk mendapat ridha Allah, pasti akan goyah di tengah jalan. Bener aja, sambil naik motor di tengah terik Jogja yang bener-bener ngebakar, ane sempet berpikir "Kayaknya pulang lebih enak nih... bisa tidur, trus tar jam setengah 3 berangkat lagi". Ya soalnya jam 3 ane memang ada acara wajib yang kudu di hadiri. Tapi belajar dari kenakalan-kenakalan sebelumnya, ane suka males keluar lagi kalo uda masuk rumah. Maka satu hal yang ane inget, cara untuk melawan kemalasan adalah dengan melakukan hal tersebut, kalo kita males syuro' ya harus di paksa buat dateng syuro, kalo males makan ya paksakan diri buat makan. Bi idznillah, ane pun menghadiri acara FSRMY.

Cimuters...

Sungguh pada detik itu ketika ane duduk di shaff akhwat untuk menjadi peserta, tak henti-henti ane mengucap syukur pada Allah, karena Allah lah yang sudah menuntun hati ane untuk datang ke acara ini. Allah sudah memilih ane untuk mengambil banyak hikmah dari acara ini. Yang awalnya ane tidak memilik ekspektasi apapun dari acara ini, ane mendadak memasang targetan terhadap diri ane sendiri.

Pembicara Training Jurnalis Islam FSRMY, yang ane hadiri adalah sepasang suami istri wartawan perang, pendiri dan pengelola situs sahabatalaqsa.com Pak Dzikru dan Bu Santi. Ane bener-bener kagum dengan mereka, bahkan sebelum sesi training di mulai. Maka ini adalah pelajaran-pelajaran yang berhasil ane ingat dan ane rangkum. Saat itu ane sama sekali tidak membawa notes, dan dengan ijin Allah ane lupa untuk merekam suara beliau. Karena ane hanya mengandalkan ingatan manusia yang lebih banyak alpanya, jadi untuk pembaca di sini yang juga dateng ke acara tersebut ane mohon koreksinya bila ada yang salah. Niat tulisan ini semata-mata untuk mengingatkan diri ane pribadi dan berbagi pada sahabat-sahabat lain, semoga bermanfaat. Oya... tulisan ini juga tidak akan menjelaskan tentang teknik-teknik jurnalistiknya tapi lebih ke hikmah-hikmah yang lainnya, untuk masalah teknis akan di tulis oleh adik saya tercinta dek Dini di blog pribadinya sila di kunjungi.

1. Seperti Padi, Semakin Berisi Semakin Merunduk


Begitu lah kesan pertama yang ane dapet ketika melihat Pak Dzikru. Beliau kalau di lihat dari kacamata manusia, apalagi yang belum bisa apa-apa kaya ane adalah sosok yang luar biasa hebat, ngeliput perang sana-sini, jadi wartawan di banyak majalah, menyampaikan informasi penting untuk Ummat... KEREN lah pokoknya, tapi beliau ini santai banget, kaya bukan siapa-siapa, bantu panitia nyiapin mic buat istrinya, bantu panitia ngelurus-lurus in proyektor, subhanallah. Beliau ga merasa "Nih loo, gue pengisi acara nya, lu gimana si panitia, yang bener dong kalo masang LCD!!" sama sekali nggak, bahkan awalnya ane mengira pak Dzikru ini anggota FSRMY tapi... dalem hati "kok anggota FSRMY uda sepuh ya?? ga ada yang lebi muda apa?", ya abis beliau senyam-senyum mulu sambil bener-benerin LCD yang miring kesana-kemari sii... persis banget ama panitia.. eh ternyata beliau to pengisinya. Satu hal sih, ane yakin beliau sudah sangat paham dan meresapi sebuah frasa "tiada daya upaya melainkan kekuatan Allah" maka sehebat apapun beliau, beliau sadar bahwa itu semua berasal dari Allah, jadi tidak ada yang membuat beliau merasa berbeda dengan kami semua yang hadir sebagai peserta maupun panitia. Saluut... 

2. Banggalah Menjadi Muslim


Pak Dzikru bercerita, waktu itu beliau dan rekan-rekan yang lain datang menemui petinggi HAMAS (mohon koreksi kalau salah, ane sedikit lupa :(  ). Di kenalkanlah beliau ini pada pemimpin HAMAS "Ini Pak Dzikru, wartawan dari Indonesia, ini si A jurnalis, ini si B relawan, ini si C dokter...dll", dengan senyum petinggi HAMAS ini bilang "Jangan rendahkan diri Anda sendiri dengan bilang bahwa ANDA HANYALAH seorang wartawan, dokter, jurnalis, donatur dan sebagainya. Cukup ANDA katakan bahwa ANDA adalah seorang MUSLIM, itu adalah sebaik-baik gelar, karena ketika ANDA seorang MUSLIM ada bisa menjadi apapun".  Allahuakbar.... ane benar-benar tersentuh, kadang kita tersekat dengan gelar-gelar atau predikat-predikat yang kita miliki,yang kadang kita anggap sangat tinggi di mata manusia. Ketua organisasi A, Pimpinan perusahaan B... kita lupa bahwa di atas itu semua menjadi Muslim lah... predikat paling utama yang paling layak kita sandang. Yang merupakan kebaikan Allah pada kita atas kesudian Beliau memberikan hidayah. MasyaAllah

3. Bergantung Hanya Pada Pertolongan Allah

Jadi sampailah kita pada sesi tanya jawab, partner saya di smart mas Arif Wirawan, bertanya tentang satu hal yang berkaitan dengan MiniMagz nya, intinya kira-kira begini, dia pengen tau ada ga lembaga hukum yang bisa melindungi MiniMagz, karena beberapa kali MiniMagz ini di serang kalangan tak bertanggungjawab.

Pak Dzikru menjawab dengan satu cerita. Pernah suatu kali beliau berhasil mengadakan teleconference antara GAZA - SRAGEN.  Salah satu pengunjung bertanya pada penduduk Gaza yang merupakan seorang guru (kalau tidak salah), "Saudaraku, apakah kira-kira yang bisa kami lakukan untuk membantu saudara-saudara kami yang ada di Gaza Palestina?!", beliau yang ada di Gaza menjawab "Kami tidak pernah sekalipun berharap pada bantuan dari manusia, dalam bentuk apapun. Kami hanya menggantungkan harapan kami pada pertolongan Allah. Kami berterimakasih pada saudara-saudara dari Indonesia yang telah membantu kami, lakukanlah apapun yang kalian bisa, untuk mendapatkan ridha Allah. Kami yakin bantuan dari saudara-saudara kami adalah wujud keimanan kalian kepada Allah swt".

"Jadi mas Arif jangan minta di advokatin oleh siapapun, advokat kit tu ya Allah !"

Ane hampir menangis, rasanya kaya di tampar, betapa mereka yang ada di sana yang nyawanya selalu terancam setiap detik, tidak pernah mengaharap bantuan dari siapa-siapa kecuali dari Allah. Sedangkan ane yang cuma butuh dana untuk acara ramadhan, uda belingsatan kaya cacing kepanasan. LUPA bahwa Allah maha KAYA, dan kadang tanpa disadari ane lebih memilih bergantung pada SDM-SDM yang juga hanya ciptaan Allah, yang hatinya hanya bisa di gerakkan oleh Allah juga... #astaghfirullah #heu maap curhat.

4. Jangan SOMBONG!

Lihat FB ini ya... punya sahabat ane mbak Fatina Ihtiyati, semoga tidak menjadi fitnah... ambil intinya saja



Jujur ane sedih banget baca pemikiran yang kaya gitu. Ane juga sedih pada diri sendiri, yang kurang aware dengan nasib sodara-sodara ane di belahan bumi mana pun yang di dzolimi oleh Al-Kafirun. Jujur saat itu ane juga ga tau apa Rohingnya itu :(. Tapi bukan berarti kita bisa menyalahkan mereka yang ingin membantu saudara-saudara kita di Palestina kan?

Alhamdulillah kemaren bada Ashar ane dapet waktu untuk ngobrol secara pribadi dengan Bu Santi, beliau duduk di kursi rodanya, karena kelingkingnya patah gara-gara abis jatoh di Gaza. Ane ceritain hal di atas dan ane tanya "Sikap kita yang proporsional gimana ya Bu? biar tidak terkesan pilih kasih", jawaban beliau sungguh menyejukkan.

 "Bersikaplah seperti yang di syariatkan Allah dan Rasulullah, dimana ada saudara kita yang di dzalimi, kita bela. Kami tidak hanya pergi ke Palestina, rombongan wartawan dunia yang kami temui di Mavi Marmara, mereka sudah pernah meliput ke Syiria, Lebanon, Thailland, Myanmar, saya dengan Pak Dzikru pun begitu, di Syiria kami melihat bayi yang mati dengan otak yang sudah hilang separuh, semua itu perlu di beritakan. Semua sama penting!. Ingat kita jangan pernah merasa membantu mereka, kita tidak membantu apapun SAMA SEKALI. Allah lah yang membantu mereka, Allah lah yang menggerakkan hati kita untuk meliput ke negara itu ke negara ini, kita hanya tinggal ikut arusnya Allah aja kok. Jadi buat dik Dhita dan dik Dini bilang saja ke temennya, ini semua bukan masalah georgrafis, tapi di mana hati kita di gerakkan fokus lah di situ... ga ada masalah. Itu tandanya memang Allah ingin membantu negara tersebut lewat kalian. Kalo pengen fokus ke Rohingnya fokuslah disana, Syiria fokuslah di sana, Aceh fokuslah disana"

"Kita ngumpulin bantuan besar-besaran untuk Palestina, sudah terkumpul ratusan juta, dan tiba-tiba kapalnya di Bajak di tengah laut, semua barang di ambil oleh Israel, itu semua ga akan terjadi kalau tanpa Ijin Allah. Tapi alhamdulillah, saat itu Pak Dzikru membawa dan mengantongi uang 8000 Euro dari anak-anak yatim, biidznillah sudah di geledah berkali-kali tapi duit tersebut tidak di temukan. Akhirnya Pak Dzikru pulang ke Indonesia, dan uang tersebut di titipkan ke mas Fani dari Pro-U yang ke Palestina lewat Mesir. Alhamdulillah akhirnya uang tersebut di terima dengan baik oleh saudara-saudara kita di Palestina. Tandanya apa?? Tandanya Allah memang ingin uang dari anak yatim tersebut yang sampai ke sana. Sekali lagi bukan kita yang membantu mereka!"

MasyaAllah... ane juga yakin bahwa segala kejadian yang terjadi pada diri ane di hari Ahad itu adalah kehendak dari Allah, Allah yang memantapkan hari ane untuk menghadiri acara FSRMY, ane di beri waktu khusus untuk ngobrol  lebih dekat dengan bu Santi. Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil'alamiin...

Pasangan yang sangat menginspirasi, yang menikah kerena cintanya pada Allah, yang bersama-sama berjibaku memperjuangkan tegaknya kalimat Allah. Sungguh tiada pernikahan yang lebih indah dari pernikahan yang dilandasi tawakal pada Allah... Semoga suatu saat kita semua diijinkan untuk mendapatkan pernikahan yang berkah seperti pernikahan pak Dzikru dan bu Santi...

Terimakasih untuk ilmunya... mari terus belajar...

Apresiasi spesial untuk FSRMY panitia yang telah menghadirkan sosok2 hebat tersebut... saluuuut :). Semoga Allah mengistiqomahkan antum untuk mengaitkan hati kita pada masjid... selalu .

H-11 Ramadhan

Comments

  1. Mengadaptasi kalimatnya Bang Akmal Sjafril, peduli dengan saudara2 kita di Palestina bukan berarti ga peduli Syiria. Peduli saudara2 kita Syiria bukan berarti tak peduli saudara2 kita di Afghanistan, as well as peduli dengan Afghanistan bukan lantas cuek sama sekali dengan yg di Rohingya..

    he/she really needs to sensitize his/her mind about that.. aiih, semoga saya ga begitu deh, semacam sombong dalam ketaatan, sombong dalam pengetahuan, padahal kecil banget ya dit :(

    ReplyDelete
  2. Nah bener banget mbak @diniehz Ane yakin Allah sudah menempatkan orang-orang terbaiknya untuk ngurusin negara-negara muslim lainnya... bukan kita... beneran bukan manusianya yang bergerak dengan lincah ke sana ke mari.. ijin Allah dan kekuatan Allah yang menggerakkan... ga bisa kita nyombongin apapun :(

    ReplyDelete
  3. apik-apik Dit! tapi di ujung2 kalimatmu kok tentang nikah yo? hohoho, siplah lahawla wala quwwata illa billah

    ReplyDelete
  4. Nah nak kuwi judule faktor Usian mbak @ceria.. eh tapi asli mbak... gara2 ndelok pasangan Bu Santi dan Pak Dzikru, ane dadi ra patia pengen duwe bojo kaya michael buble... #halah

    ReplyDelete

Post a Comment