RECTOVERSO : Kepasrahan Lima Cinta
Sebagai seorang pecinta harus diakui bahwa kita berharap suatu saat yang kita cinta sadar akan adanya isyarat yang kita beri. Bahkan berharap lebih dari itupun tidak berlebihan. Namun kadang cinta tidak memilih kita, bahkan hanya untuk sekedar ditatap dengan sebelah mata. Disitulah titik ketidaklogisan cinta , pemberian yang lebih dari kapasitas bisa kita berikan tanpa lelah dan penuh kepasrahan. Karena sungguh, cinta adalah energi maha besar yang dititipkan oleh Tuhan.
Setelah tadi nonton Rectoverso hal seperti diatas lah yang ane tangkep. Rectoverso adalah film yang diangkat dari novelet Dee dengan judul yang sama. Berisikan lima film pendek yang semuanya mengisahkan tentang uniknya cinta yang tidak bisa memiliki ; Malaikat Juga Tahu, Firasat, Hanya Isyarat, Curhat buat Sahabat, ama Cicak di Dinding.
Sebenernya kelima cerita yang diangkat di Rectoverso tuh simple banget. Kisah sehari-hari baget lah yang bikin film ini menarik adalah, film ini digarap ama orang-orang yang profesional, mulai dari sutradara sampe pemain-pemainnya. Well disini ane cuma mau nge review dua film yang jadi favorit ane aja, tiga film lainnya sila ditonton sendiri.
Malaikat Juga Tahu
Film ini menyentuh banget, Abang (Lukman Sardi) berhasil bikin ane nangis. Bukan salah Abang kalau abang jatuh cinta pada gadis cantik bernama Leia (Prisa Nasution), seseorang yang nge kos di rumahnya. Bukan keinginan Abang juga untuk menjadi orang dengan keterbelakangan mental. Cinta itu , adalah bahasa yang bisa didengar oleh yang tuli, bisa dilihat oleh yang buta, dan bisa dirasa oleh semua yang punya hati, dan Abang, Abang punya hati yang jauh lebih besar daripada kita. Abang berhak untuk mencintai, tapi apakah Abang juga memiliki hak jawab dari Leia yang ia cinta? di sini diceritakan betapa Abag sangat dekat dengan Leia, tiap malem mereka duduk di taman belakang, entah memandang bintang bareng, entah cuma nemenin abang main-main. Leia perempuan yang punya hati seluas samudra, dengan sabar dia merawat abang, meskipun abang ini bukan siapa-siapanya. Menyayangi Abang dengan tulus. Sampai suatu saat datanglah Hans, adik kandung Abang. Dalam hal ini ada yang bilang Leia dihadapkan pada dua pilihan, Abang atau Hans. Tapi sebenarnya pilihannya cuma satu Hans, laki-laki tampan, baik hati dengan pekerjaan mapan. Leia mungkin mencintai Abang, tapi cinta Leia ke Abang dan ke Hans beda. Cinta Abang ke Leia sama dengan cinta Leia ke Hans dan cinta Leia ke Abang sama dengan cinta Bunda ke Abang. Bukan salah Leia ketika dia nggak menjawab kecintaan Abang- Leia realistis. Bukan salah Leia ia lebih memilih Hans yang jelas lebih punya masa depan, meskipun hal itu benar-benar bikin Abang sakit, jatuh dan terluka. Satu-satunya yang dia punya dan bisa dia cinta hanya Leia. Untuk membuat Abang tidak lebih jauh terluka, akhirnya Leia memilih pergi dari kosan Bunda. Saat Leia, menata barang-barangnya di kos an baru, ada secarik kertas tulisan Abang yang Bunda masukkan ke barang-barang Leia, kata Abang
Seratus itu sempurna, kamu, satu, lebih dari sempurna
Tulisan di atas abang tulis setelah malamnya Abang dan Leia memandang bintang ditaman belakang. Waktu itu Abang menghitung bintang... "97, 98, 99, 100" ,"Bang, kalau ngitung bintang, kalau ada satu yang nggak kelihatan, jangan lupa dihitung juga ya Bang, kasian Bang sendirian. Nah tuh Bang ada satu yang nggak kelihatan, tuh Bang lihat", "97,98,99,100,101"
Tau Leia pergi, Abang kecewa sejadi-jadinya, Abang murka, pada diri sendiri. Abang menanyakan keadilan pada Bunda, yang hanya bisa miris melihat Abang.
Firasat
Menonton firasat membuat ane berfikir, betapa beruntungnya ane yang tidak diberi kelebihan berupa sensitifitas rasa yang berlebih. Yang bisa mencium aroma yang tak tercium, yang bisa melihat yang tak nampak, merasa yang tak ada atau bercakap dengan yang tak nyata. Katanya firasat adalah bahasa yang dikirim alam untuk kita yang seharusnya peka, karena kita memang terlahir bersama alam. Itu lah yang coba dicari oleh mereka yang tergabung di Klub Firasat, klub berisi 20-an orang yang saling berbagi tentang rasa tak biasa yang bisa jadi sebuah pertanda. Tentang seorang bernama Senja, yang jatuh cinta pada Panca pemimpin klub firasat. "Untuk apa kita tau bahwa orang yang kita sayang akan meninggal, tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa?!". Itu yang dikatakan Senja pada Panca sebelum Panca pergi ke daerah asalnya. Jujur film inilah yang sebenernya bikin air mata ane berderai-derai #sediih. Ending nya mantep meskipun setelah ane baca novelnya ternyata ceritanya beda... gapapa lah tetep bagus kok :).
Over all kelima film di Rectoverso nggak membosankan. Tapi memang ada adegan yang menurut ane lumayan vulgar di film itu... Cicak di Dinding, bikin ane musti susah payah nutup mata atau mengalihkan pandangan dengan twitteran. Nggak direkomendasikan buat yang lagi galau, karna film ini bisa memperparah kegalauan :D
Menonton firasat membuat ane berfikir, betapa beruntungnya ane yang tidak diberi kelebihan berupa sensitifitas rasa yang berlebih. Yang bisa mencium aroma yang tak tercium, yang bisa melihat yang tak nampak, merasa yang tak ada atau bercakap dengan yang tak nyata. Katanya firasat adalah bahasa yang dikirim alam untuk kita yang seharusnya peka, karena kita memang terlahir bersama alam. Itu lah yang coba dicari oleh mereka yang tergabung di Klub Firasat, klub berisi 20-an orang yang saling berbagi tentang rasa tak biasa yang bisa jadi sebuah pertanda. Tentang seorang bernama Senja, yang jatuh cinta pada Panca pemimpin klub firasat. "Untuk apa kita tau bahwa orang yang kita sayang akan meninggal, tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa?!". Itu yang dikatakan Senja pada Panca sebelum Panca pergi ke daerah asalnya. Jujur film inilah yang sebenernya bikin air mata ane berderai-derai #sediih. Ending nya mantep meskipun setelah ane baca novelnya ternyata ceritanya beda... gapapa lah tetep bagus kok :).
Over all kelima film di Rectoverso nggak membosankan. Tapi memang ada adegan yang menurut ane lumayan vulgar di film itu... Cicak di Dinding, bikin ane musti susah payah nutup mata atau mengalihkan pandangan dengan twitteran. Nggak direkomendasikan buat yang lagi galau, karna film ini bisa memperparah kegalauan :D
dulu dah baca novelnya kayaknya emang harus nonton filmnya
ReplyDeleteaku malah nonton filmnya dulu baru baca novelnya mbak :D
DeleteWaah yang dibahas cuma satu judul ya, daleeem :( Dee memang selalu sukses bikin penggemarnya jatuh cinta.
ReplyDeleteDua bang harusnya cuma emang kemaren belom kelar :D, untuk kali ini patah hati Bang :(
Deletekayaknya perlu belajar dari mba dhita buat istiqomah update blog :)
ReplyDeletesesuaikan dengan mood saja :)
Delete