Indonesia, Simple it!

pic


Di tempat indah ini aku sendiri saja. Langit berwarna pastel. Kuning, oranye, pink, hijau, ungu. Titik-titik putih bagai salju tersebar di segala penjurunya. Menyemarakkan warna-warni itu. Aku berjalan terus, sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Yang ada hanyalah hamparan putih seperti kapas yang membentang. Kosong, bersih, tidak ada setitikpun noda yang membuatnya kurang bersahaja. Tempat ini kumpulan udara tak kasat mata yang menunjukkan eksistensinya.

Lagi aku melangkahkan kaki. Maju mencari pintu. Kini rongga hidungku tetiba disergap bau manis caramel. Terhirup perlahan bagai inhealer yang melegakan. Aku tau ada sesuatu di depan sana. Harapan. Semakin cepat aku berjalan, ingin meninggalkan tempat yang indah tapi nyenyat. Bau manis caramel semakin menusuk-nusuk, merangsang liur yang sedari tadi menggantung. Ah... telingaku mulai meraba bunyi-bunyian. Gelak tawa, kikik canda, tangis yang meronta, hingar bingar. Berkerumun seperti lebah madu. Aku tau ada sesuatu di depan sana. Harapan. Maka aku terus menapakkan kaki satu demi satu menuju satu titik didepan sana. Sebuah titian dari kayu yang melayang-layang lembar demi lembar. Di sebrangnya ada sesuatu yang kukejar sedari tadi, sebuah gerbang dari tumpukan sandwich crackers berselai kacang dan sepasang boneka panda yang melambai. Aku tertarik, aku suka, ada rasa yang membuatku ingin segera kesana. Memeluk bonekanya, memakan gerbangnya, melihat dan menikmati segala yang ada di dalamnya. Oh iya di pintu gerbang itu juga tertulis "Silahkan Duduk".

Tap...tap...tap semua titian berhasil ku lewati. Kini di titian terakhir. Wow ternyata jarak antara titian ini dengan gerbang itu cukup membentang. Di bawah titian  ada sungai caramel didih yang nampak meletup - letup. Oh jadi dari sini sumber bau manis karamel tadi. Aku gelisah. Mati langkah. Tidak mungkin aku melompat tanpa bantuan. Setidaknya harus ada pegas yang mendorong kakiku. Panas karamel di bawah sana mulai menyentuh ,menjalar dan menitikkan puluhan butir keringat di kening. Aku diam. Berhitung, mengatur strategi. Boneka panda itu semakin bernafsu memanggil-manggilku, lambaian tangannya terlihat lebih bersemangat. Maju sulit. Atau lebih baik aku mundur? Kembali ke tempat yang nyenyat tapi aman? Saat aku menoleh, langit warna-warni pastel itu luruh runtuh. Berganti hitam pekat. Hamparan kapas yang sedari tadi membentang indah, hilang tanpa jejak. Oh apalah ini? Aku jadi ingat kata seorang sahabat. "Saat hidupmu tidak punya pilihan kecuali keburukan, berjuanglah untuk meraih yang terbaik dari yang terburuk". Keterdesakan membuatku berpikir dua kali. Memaksa otakku memperhatikan hal-hal detil yang mungkin luput saat aku dalam keaadaan normal. Benar saja ada seutas tali berwarna caramel yang menjuntai tepat disamping titian ini. Benar-benar samar jika tidak teliti diperhatikan. Perlahan aku meraihnya. Langsung dengan kedua tanganku. Satu, dua, tiga, hap... Whoaaaa.... tali ini ternyata licin. Ia membawa tanganku meluncur begitu saja ke arah gerbang harapan di depan sana. Sampai pada akhirnya efek licin itu berhenti, Oh baiklah, aku akan berusaha sendiri. See? ini yang terbaik dari yang terburuk. Kaki ku menggelayut dengan beban tertumpu di tangan, uh berat. Tapi ini yang disebut perjuangan kan? Maka aku terus berusaha menyusuri tali ini, berniat takkan berhenti sampai bertemu ujungnya. Tak lama lagi seharusnya. Keringat berhasil membanjiri sekujur tubuh. Hosh...hosh... lelah, haus, dan gerbang itu? semakin jauh dan jauh. Iya sungguh, ini bukan halusinasi. Gerbang itu ikut menjauh searah dengan usahaku mendekatinya. Aku menengok ke arah titian ia masih tegak berdiri disana. Sedangkan yang ku tuju tak berniat mendenkat. Tali ini hampir licin lagi karena keringat, sekuat tenaga ku genggam erat agar aku tidak jatuh dan menyentuh permukaan sungai caramel yang panas dibawah sana. Apakah berfikir untuk mundur dan kembali ketempet semula adalah sebuah kekalahan? Aku menggeleng. Bisa jadi kitamemang harus kembali ketempat semula untuk menemukan perspektif baru yang sempat tertinggal. Fine, lebih mudah kembali ketempat lama yang menantimu dengan pasti. Daripada mengejar sesuatu yang selalu ingin pergi, walau sesuatu itu memang nampak lebih indah. Aku mundur kembali lagi ke titian semula, sekuat tenaga. Finally aku berada lagi dibawah titian ini sekuat tenaga coba naik dan meraihnya. Kalau aku bisa turun aku juga pasti bisa naik. Yah walau beberapa kali hampir jatuh. Tapi disini lah aku sekarang, berdiri lagi di titian ini di tempat semuala aku berpijak.

"Silahkan Duduk" itu yang tertulis di gerbang tersebut. Iya juga, kenapa aku tidak duduk saja. Memikirkan cara untuk kesana dengan lebih rileks. Yak perlahan aku mencoba duduk, sangat hati-hati agar tidak terpeleset jatuh. Jongkok terlebih dulu, lalu memegang sisi kanan kiri titian ini dengan kuat, mengangsurkan kaki kanan ku sehingga ia kini sudah melayang-layang di udara yang panas, coba meletakkan satu sisi pantatku, dan mulai perlahan melakukan yang sama pada kaki kiri dan pantat sebelahnya. Taraa... aku duduk sekarang. Hal paling indah yang bisa kau lakukan saat jalan buntu tak kunjung terbuka adalah menikmati masa-masa berada dijalan buntu seperti tidak terjadi apa-apa. Memelihara harapan bahwa jalan buntu ini tetap akan berujung suatu yang indah. Hei...hei... apa ini? sedang asyik merenung, titian ini berjalan sendiri ke arah gerbang. Ya benar-benar berjalan. Mengantarkanku ke gerbang. Semudah itu... Luar biasa, kini aku sudah berada di gerbang sandwich crackers berselai kacang. Dua boneka panda menyambutku dengan senyuman. Coklat menjadi lantai tempat ini. Hop.... aku melompat turun dari titian itu. Secepat kilat ia pergi ketempat semula. Semudah ini? kenapa tidak dari tadi? Seekor kura-kura dengan gerakannya yang sangat lambat datang menghampiriku.

"Hai gadis mungil dari bumi tempat banyak keanehan terjadi, Apa begini cara mereka mendidikmu?"
"Eh?" aku heran, pertama kura-kura ini berbicara, yang kedua dia bilang aku datang dari bumi yang penuh keanehan dia sendiri bicara dengan bahasaku. Aneh!
"Benar-benar aneh cara mereka mendidikmu"
"Eh...maksud paman kura-kura?" tanyaku polos
"Ikut aku!"

Ia mengajakku mengikutinya masuk ke gerbang. Panda-panda tadi nampak sangat bahagia menyambutku. Aku membalas senyum mereka.Begitu masuk aku benar-benar takjub. Bau makanan enak dimana-mana. Whaaa... ini taman bermain, manusia dan hewan jadi satu. Mereka bercakap-cakap dengan bahagia. Ada anak kecil menunggang gajah! Ada gajah naik kora-kora!!! bisa dibayangkan seberapa besar kora-koranya. Langit pastel yang luruh tadi ternyata berpindah kesini. Ini dunia permainan. Aaaah... aku akan betah sekali disini. Tempat ini terlampau menyenagkan. Makanan bisa diambil sesuka hati gratis. Minuman juga begitu. Surgawi sekali. Aku masih mengikuti "paman" kura-kura. Sampai akhirnya kami tiba disuatu tempat. Pintunya membuka sendiri. Oh ini bioskop.

Kami duduk di depan layar super besar itu. Film mulai diputar. Awalnya hanya putih yang menyilaukan, sampai akhirnya muncul tulisan INDONESIA. Lalu gambar berikutnya, nampak siswa-siswa di dalam kelas, sibuk mencari contekan sana-sini. Guru ang membaca koran pura-pura tidak tahu. Semua kompak tutup mulut demi nilai di atas rata-rata. Lalu ada lagi, seseorang berkopiah nampak mengendap-endap mengambil kotak infaq di sebuah mushola saat yang lain sedang sholat Jumat. Akhirnya seseorang pedagang minyak wangi yang menggelar dagangannya didepan masjid, mengejar orang kurangajar itu. Jadi bulan-bulananlah dia. Setelahnya ada cuplikan surat cerai yang dibanting di depan wajah seorang lelaki, ya wanita itu minta cerai! ada bau parfum wanita di kemeja lelaki tersebut.

Aku melihat paman kura-kura. "Lalu?"
"Itu bumi maha aneh tempatmu berasal kan?" aku mengangguk polos.
"Sama seperti mu. Mereka suka membuat yang mudah menjadi sulit , merugikan diri sendiri"
Aku diam, coba memahami apa maksud si paman kura-kura ini.
"Anak-anak sekolah di film tadi sebenarnya hanya disuruh belajar untuk dapat nilai memuaskan. Tapi lihat, bukannya belajar mereka malah sibuk mencontek. Kamu tahu, yang dicontek itu entah bagaimana merasa ingin mengerjai teman-temannya, disiapkanlah jawaban palsu. Tidak ada yang dapat nilai lebih baik dari Nol termasuk si pemberi jawaban. Dia sendiri lupa dan malah menumpuk jawaban palsu yang dibuatnya sendiri. Dan guru yang baca koran itu, ia adalah guru mata pelajaran yang diujikan. Ia hanya diminta untuk mengajar dengan benar supaya muridnya paham.Tapi lihat ia sibuk membohongi hati bahwa ia tak melihat kecurangan di depannya. Tak lama ia diskors karena kedapatan memberikan jawaban pada siswa yang menjadi sumber contekan. Yang bahkan contekan itu tidak terpakai sama sekali sampai ujian berakhir"

"Film yang kedua paman?"

"Ah tentang pria berkopiah. Ia sebenarnya hanya diminta untuk berusaha dengan cara halal, memeras sedikit keringatnya dan menginfaq kan sebagian dari yang ia dapat. Maka akan diganti hingga berpuluh-puluh kali lipat. Tapi lihat, ia menikung Tuhannya sendiri. Repot-repot mencuri kotak infaq untuk makan anak istrinya. Ujungnya? ya ia dimurka oleh orang-orang yang mencintai Tuhannya".

Tanpa kuminta ia menjelaskan tentang potongan film ketiga

"Kamu tau? Bertanya adalah hal yang paling mudah bukan?"

Aku membenarkan

"Lihat istri itu menyesal seumur hidup lantaran sang suami kadung meninggal terkena serangan jantung lantaran digugat cerai. Memang ada bau parfum wanita di kemeja suaminya. Tapi itu adalah parfum yang dibeli suaminya dan sengaja dicoba. Parfum wanita itu adalah hadiah ulang tahun untuk istri tercintanya dua minggu lagi. Beberapa bulan lalu sang Istri sempat meminta dibelikan parfum yang luar biasa mahal itu. Sang suami sengaja mengencangkan ikat pinggang demi bisa membeli parfum bermerek yang konon sekali semprot baunya akan bertahan selama seminggu. Tapi sang istri bahkan tidak mau melakukan hal yang termudah. Bertanya. Ia serta merta memendam semua sejak pertama mencium bau parfum wanita di kemeja suaminya, Yang ada hanya satu kata, perselingkuhan harus dibalas dengan gugatan cerai! Baru setelah pemakaman sang suami, saat ia membongkar tas milik almarhum suaminya ia menemukan kado yang terbungkus cantik, berisi parfum yang baunya persis sama seperti yang ada di kemeja suaminya. "Selamat Ulang Tahun Istriku Tercinta", itu tulisan yang ada di kartu ucapan yang kini terjatuh dari tangan lunglainya"

Tak terasa, aku menitikkan air mata.

"Dan kamu... juga sama seperti mereka"
"Aku?" satu telunjukku menunjuk hidungku sendiri
"Ya, bukankah sejak awal kau sampai di titian terakhir, kau sudah melihat tulisan "Silahkan Duduk""
Aku mengangguk sambil mempertontonkan gigi jarang ku..hehe
"Kenapa susah-susah meraih tali?"
"Aku pikir... "
Paman kura-kura hanya tersenyum dan berlalu pergi.

Comments