Memahami sih oke, menerima? Nanti dulu


Ane mau cerita tentang pengalaman talkshow dengan salah satu komunitas di Jogja. Namanya Peace Generation (pisgen).

Peace generation ini punya 4 poin yang diusung. Youth : muda, pluralism : plural , Nir kekerasan ,participation: berpartisipasi .

Well asik banget ngobrol sama temen2 dari Pisgen, dan kalian pasti bisa nebak kemana arah tulisan ini bakal ane bawa. Eh nggak bisa ya? Ya mangap terlalu khusnudzon.


Ada satu poin yang jujur bikin ane muter otak selama siaran it's about pluralism! Oh yeah what so sexy issue rite?  Ane mikir gimana caranya bawain isu yang masih "kontroversial" ini. Biar tetep smooth dan nggak kepleset lidah. Dari keterangan mbak Dwina dan mbak Susan perwakilan dari pisgen yg dateng ke MQ sih PLURAL yang dimaksud adalah "berdiskusi" dengan kaum minoritas (LGBT, PSK, Mantan napi, Banci dll dsb) untuk saling memahami. Bukan sekedar toleransi. Karena ketika yang kita lakukan sekedar toleransi akan ada bom waktu yang suatu saat akan, Duaaar!! njeblug!. Nah di sini kita coba memahami, ketika kita paham kita bisa menerima mereka yang berlainan jalan. Begitulah kira-kira.

Hm... hati ane selama siaran ribut sendiri. Kadang menggut-manggut paham, kadang geleng-geleng nggak paham, kadang manggut - manggut karena nggak paham juga. Jadi sebenernya lebih banyak nggak pahamnya daripada pahamnya. Oke, ane setuju seseorang melakukan atau menjadi sesuatu pasti karena ada yang melatarbelakanginya. Let's say, orang yang berani ngrampok toko emas pasti punya motif di balik itu. Dan bisa jadi, motifnya adalah motif yang sangat manusiawi. Anak istrinya sangat kelaparan di rumah mungkin. Bahkan bisa jadi anaknya harus segera dibawa ke rumah sakit karena kolera. Kurang sedih apa coba latar belakangnya? Tapi latar belakang sesedih apapun tidak lantas membuat hal yang awalnya haram menjadi halal kan?

Sekarang kita ngomong tentang LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender) mungkin agak menyimpang jika kita sandingkan contohnya dengan contoh rampok diatas. Secara being LGBT bukanlah tindakan kriminal. Akan tetapi bagaimanapun menjadi LGBT dan merampok sama-sama hal yang SALAH. Perlu diperhatikan, sekali lagi ane bilang jadi LGBT itu adalah hal yang salah. Am I judging? You judge me when you said am judging! haha

Menurut ane yang muslim, fitrahnya cowok ya suka ma cewek begitupun sebaliknya. Laki ya laki perempuan ya perempuan. Bukan laki ke perempuan - perempuanan. Ane nggak terlalu tau dengan agama lain. Tapi setahu ane, ketika negara baratpun ada yang tidak melegalkan pernikahan sejenis, itu tandanya kita bisa sepakat bahwa being Lesbian or Gay adalah satu tindakan yang dinilai menyimpang!

Pisgen ini bagus banget buat meredam yang namanya kekerasan. Ane juga nggak suka kekerasan dan main hakim sendiri. Mentang-mentang kaum mayoritas terus seenaknya aja menghakimi. Tapi ketika kita tidak tegas dengan hal yang salah atau benar, secara nggak langsung kita juga support hal-hal yang sebenernya salah tadi untuk terlihat BENAR! Lama-lama kita bakal dengan gampangnya lihat cowok kissing sama cowok di pinggir jalan. BIASA. Naudzubillah. Nggak gitu juga sih :D

Okelah kita berdiskusi, tapi dalam diskusi itu harus ada misi kan? ane yakin temen-temen yang LGBT juga punya misi. Apalagi kalau bukan untuk membuat mereka diterima di masyarakat. Di perlakukan layaknya manusia. Nah harusnya kita juga punya misi untuk mengajak kepada kebaikan dong. We try our best, dengan cara yang paling ahsan (baik). Kita bukan benci dia secara personal, kita toh nggak pernah tau betapa baiknya kaum LGBT itu, kita nggak pernah tau keihklasan dia ketika berdoa pada Tuhannya. Yang kita tau adalah, jadi LGBT itu akan membahayakan mereka sendiri. We warn them bukan karena kita pura-pura sayang. Tapi kalo nanti ane ngomong betulan sayang, dikira peres lagi. Yaudahlah, terserah situ aja. Tapi ciyus deh, ane bukan tipe orang yang kalo ketemu kaum minoritas terus langsung ngegebukin mereka. Walaupun ane tau badan ane #uhuk cukup besar untuk itu. Mari diskusi, mari saling memahami. Tapi untuk menerima? maaf saya tidak bisa. Plural berarti juga mau menerima point of view dari yang nggak setuju pluralisme kan ??? mehehehe

pict : google

Comments

  1. Somehow setuju dengan point, "memahami bukan menerima"
    Tapi susah untuk menjelaskan itu ke orang lain. Terutama untuk yang gak paham atau yang udah terlanjur punya judging besar terhadap kaum-kaum begitu.
    Sejujurnya justru kaum LGBT yang pernah berteman dengan saya, malah jauh lebih baik sifat dan pembawaanya dibanding sama yang ehm maaf 'normal'. Tapi yah.. tetap aja kan, kita itu enggak bisa menyatukan yang salah dan yang benar. Apa yang mereka lakukan SALAH, kita WAJIB ingatin!
    Masalah didengerin atau dipertimbangin atau enggak itu masalah dia sama tuhannya. Enggak masalah kita lagi. Tapi teteup, harus dengan jalan yang baik ngingetinnya, bukan dengan jalan ngebully atau yang paling parah nyakitin mereka. :D

    Makasih tulisannya, cukup membuka pikiran bgt abis nonton Renaldi aka Dena yang trangender. :D

    ReplyDelete

Post a Comment