Tahun Tanpa Resolusi
Aku kehilangan, kehilangan semangat menyalakan petasan di malam tahun baru. Kehilangan nafsu meniup terompet di malam tahun baru. Kehilangan minat untuk masyuk dalam riuh rendahnya hitung mundur oleh lautan manusia di malam tahun baru.
Mereka membuatku kehilangan. Mereka mengatakan , jangan ada tahun baru. Ini bukan budaya kita orang Islam. Ini budaya para kafir. Kamu kafir jika ikut-ikutan merayakan. Lalu aku berfikir, betapa rumitnya menjadi orang yang tau. Dulu waktu kecil aku suka main-main kembang api di depan rumah. Tiup - tiup terompet. Bakar jagung. Lepas. Semuanya lepas. Dulu aku yang anak kecil tanpa ilmu pengetahuan menganggap pergantian tahun sebagai sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang lebih dari sekedar menggati kalender. Perayaan tahun baru membuatku percaya bahwa esok hari akan lebih baik dari hari terakhir di tahun sebelumnya.
Sekarang, semakin banyak membaca. Semakin mendengarkan kata-kata orang aku jadi kehilangan. Lihat aku kehilangan hal-hal di atas. Aku menganggap perayaan pergantian tahun sangat amat tidak penting walaupun nyata ada. Aku merasa berdiam di rumah menjadi pilihan tepat bagi orang yang tidak mau merayakan tahun baru. Aku menganggap. Ah besok hanya ganti kalender. Sudah.
Dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana aku merayakan pergantian tahun bersama kerabat. Tahun ini aku juga tidak melakukan muhasabah atau merancang resolusi cantik. Entahlah aku merasa kehilangan momen. Aku takut jika ikut-ikutan membuat resolusi sama halnya dengan merayakan tahun baru. Padahal tahun baru hanya dilakukan oleh orang-orang kafir. Ku akui, aku manusia tanpa resolusi di tahun 2014. Dan mungkin aku akan membuat resolusi nanti-nanti saat sedang ingin. Saat tidak ada acara apa-apa, agar aku tidak ikut-ikutan orang kafir.
Comments
Post a Comment