Netes Juga Akhirnya

Ane termasuk orang yang jarang banget nangis. Kalau nggak penting-penting banget, nggak nyeseg-nyeseg banget, ane nggak nangis. Tapi, sore tadi akhirnya ane netes juga. Setelah ane tahan-tahanin. Setelah berkali-kali ane ngomong sama diri ane sendiri aku rapopo, aku rapopo, aku rapopo, jebol pertahanan ane. Kalian tau tiga kucing baru ane kan ? ada di sini ceritanya. Akhirnya tiga makhluk imut itu harus menghadap sang Khaliq.


Ya memang, ini bukan pertama kalinya ane kehilangan kucing. Tapi... ane pernah kehilangan mereka, lalu mereka ketemu dengan kondisi yang cakep banget, lalu harus kehilangan lagi? Ternyata rasanya nggak sesimpel ngebuang pembalut di bak sampah. Ada sebagian dari diri ane yang ikut ilang (meskipun ane tau ini nggak akan lama). Yang terakhir pergi si Aa' - hari Ahad kami berhasil menurun kan dia dari atap. Kami bersyukur banget karena kondisi Aa' jauh lebih sehat dari kondisi Ii' yang udah pergi duluan. Karena ane takut Induknya ngajak dia ke atap lagi dan dia kelaparan di sana, ane memutuskan untuk bawa Aa' ke klinik hewan depan rumah. Bad day... dokternya nggak praktek. Tapi ane tetep komunikasi sama dokternya, dia bilang dibawa Senin aja nggak papa. Oke, akhirnya semaleman Aa' bobok di kamar Ibu. Ane sama Ibu ngecek dan ngasih minum susu ke dia terus, ngasih makan yang udah dialusin biar dia bertenaga. Tapi si Aa' memang udah lemeees banget. 

Pagi tadi ane seneng karena dia masih hidup dan masih gerak-gerak. Berangkat ke kantor nggak konsen, karena ane mikirin Aa'.  Sampai akhirnya pas jeda ngajar ane sms babe dan minta tolong supaya Aa' dibawa ke klinik. 

Sorenya ane berniat buat negokin Aa'. Begitu sampai depan klinik, dokternya langsung bilang "Mb yang punya kucing ya?"

"Iya dok? Gimana?"

"Barusan aja saya sms, kasih kabar"

"Mati dok?"

(Muka prihatin) "Iya"

Terus ane masuk dan lihat Aa' udah lemes di dalem kandang. Ane nggak berani pegang. Ane cuma lihatin aja dari jauh. Masnya yang jaga klinik bilang, "Ini belum lama mbak meninggal. Masih lemes", "Beneran udah nggak bernyawa mas? beneran udah nggak ada nafasnya?", "Udah nggak ada", at that time ane berharap... ini semua cuma bercandaan. Tapi nggak pernah ada bercandaan untuk sebuah nyawa. Well, ane mencoba menerima kenyataan bahwa ketiga anaknya Inah harus pergi

Ane nggak nangis... apaan sih cuma kucing juga. Tapi pas di perjalanan ke rumah, pas inget gimana bahagianya ane ketemu mereka lagi, lucunya mereka. Ane netes juga. Kehilangan mereka ternyata cukup membuat ane nyeseg. Tapi satu hal yang akhirnya ane sadari -- "Menangis adalah bahasa manusia. Dan itu yang membedakan kita dengan mayat" Kapan-kapan kalau lagi mood ane jabarin dah.

Comments

  1. ikut berduka cita ya Dhit :( *melambai dari Bontang


    *itu cacing yg gelantungan bisa diganti apa yg lebih imut gitu (yg horor ketika buka blog anti)

    ReplyDelete
  2. "Menangis adalah bahasa manusia. Dan itu yang membedakan kita dengan mayat"

    Ya ... ya benar sekali

    ReplyDelete

Post a Comment