InterviewMe "Hidup"

Dhita : Hai selamat pagi. Apa kabar?

Dhita : Baik. Alhamdulillah. Eum cuma rada mumet sih gara-gara flue.

Dhita : Wah, cepet sembuh ya.

Dhita : Tengkiu

Dhita : Baidewe, kamu kan udah hampir 24 tahun ya hidup di dunia. Menurutmu kamu sudah benar-benar hidup selama berapa tahun? Atau kamu merasa benar-benar hidup saat usia berapa sih?

Dhita : Pertanyaannya lumayan berat ya bok haha. Tapi coba ane jawab. Ane merasa start hidup di atas usia lima tahun. Maksudnya momen-momen saat usia lima tahun ke atas itulah yang bisa ane inget. Lalu mulai dapet hidayah saat SMP. Nah saat SMP sampai awal SMA itu ane merasa benar-benar hidup. Rasanya kaya bener-bener dipeluk gitu sama Allah. Tapi seiring berjalannya waktu, mungkin ane sendiri yang menjauh. Dan sekarang-sekarang inilah ane ingin mendekat lagi.


Dhita : Jadi kamu menyesali masa-masa saat kamu jauh dari Allah itu?

Dhita : Ya, bisa dibilang begitu. Ane merasa lemah karena nggak bisa ngelawan diri sendiri. Banyak hal terutama dalam hal ibadah dan idealisme yang mulai menurun. Semakin kesini ane ngerasa makin ngentengin beberapa hal yang dulu ane pegang erat-erat.

Dhita : Kira-kira apa penyebabnya?

Dhita : Mungkin fokus hidup yang salah. Kita sering lupa bahwa sebenarnya hidup kita semata-mata buat ibadah (untuk kehidupan setelah mati). Harusnya sih semua tingkah kita dikerangkakan dalam ibadah tapi karena lupa itu tadi... kita lebih sering ngelakuin yang sia-sia (eh kok kita sih? maksudnya ane).

Fokus yang salah tadi bikin tekad ane untuk berubah lebih baik jadi nggak kuat.

Dhita : Contoh fokus yang salah?

Dhita : Gini, ane mengibaratkan sekarang kita sedang hidup dalam sebuah kotak dua lapis. Lapisan dalam adalah dunia, dan lapisan luar adalah akhirat.Fokus yang harusnya kita kejar tuh akhirat. Tapi karena lapisan dunia lebih dekat dan nampak mudah diraih akhirnya kita nyerah untuk mengejar fokus terdekat. 

Kadang ane terjebak dalam hal itu. Ane lupa ngelihat lapisan luar yang sebenarnya lebih indah. Karena ane merasa puas hanya dengan mendapatkan lapisan yang di dalam (yang juga indah).

Dhita : Hm... emangnya susah ya mendapatkan lapisan luar?

Dhita : Kalau gampang mah ane nggak usah repot-repot nyesel keles. Well begini, dalam main game aja tiap level pasti beda tantangan kan? Yah anggep aja akhirat itu level kedua. Jadi sudah pasti, jelas, sure bahwa tantangan di level ke dua lebih sulit dari yang pertama.

Dhita : Menurutmu hidupmu bisa diperbaiki nggak?

Dhita : Hiks... semoga bisa yaa....
Ah peryanyaanmu bikin emosi deh. Ini ane sedang berusaha kakaaak. Memulai dari awal. Dari proses termudah, sedikit-sedikit tapi ane coba konsisten.

Dhita : Kira-kira hal apa yang bakal bikin proses berubahmu gagal?

Dhita : Nggak tegas sama diri sendiri. Nggak disiplin sama komitmen.

Dhita : Emang kamu bisa tegas sama diri sendiri?

Dhita : Nah ituuu... ane tipe orang yang musti dioprak-oprak dan diingetin. Solusi paling gampang untuk saat ini sih sering-sering kumpul sama orang shalih.

Dhita : Oke, pertanyaan selanjutnya. Dalam hidup ini apa yang paling kamu pentingin?

Dhita : Happiness !

Dhita : Do we talk about money?

Dhita : Mungkin. Ane nggak munafik bahwa beberapa kebutuhan hanya bisa dipenuhi dengan uang. Tapi sebenarnya bukan di situ letak kebahagiaan. 

Kebahagiaan yang ane maksud adalah kebebasan. Kebebasan untuk menentukan jalan hidup tanpa harus memikirkan ini itu yang jadi pendapat orang-orang atau ini itu yang dipenjara materi.

Dhita : Kamu masuk geng anti kemapanan ya?

Dhita : Ya enggak jugaaa... punya rumah gedong, mobil berderat, helipad, sawah segambreng itu ane juga doyan. Cuman kalau enggak pun  ane nggak akan ngemis-ngemis untuk itu. 

Kebahagiaan itu kebebasan untuk memilih apa yang kita suka meskipun hal itu aneh di mata orang lain.

Dhita : Kamu semacam egois gitu yaa?

Dhita : Iya juga sih kalau dipikir-pikir. Tapi aku berusaha untuk nggak ngerugiin orang lain. Tapi aku juga nggak mau gara-gara terlalu mikirin pendapat orang lain aku sendiri nggak bahagia.

Dhita : Oke so kebahagiaan itu.

Dhita : Kebahagiaan itu sebuah rasa yang membuat kita tenang.

Dhita : Dan kita tenang apabila?

Dhita : Apabila Allah ridha.

Dhita : Jadi pilihan yang bikin kamu senangpun harus berdasar keridhaan Allah?

Dhita : Pastinyaa...

Dhita : Jadi intinya fokus hidup kamu sekarang udah bener?

Dhita : Pelan-pelan dibenerin. Yah lapisan dunia itu tebel banget sih. Ane coba mengikisnya sedikit demi sedikit. Hiks... huwaaaa.

Dhita : Ya udah kayaknya matamu ngantuk gitu... bobok gih. Makasih ya interviunya.

Dhita : Cama-cama... Hoaaahm

Comments

  1. itu interviewnya dari pagi sampai udah mau bobok? be happy ya dhita, ever and after :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk. Wah mbak mel khusnudzon. Itu iterviewnya pagi nah aku mau bobok pagi ceritanya :D. Thx mb Mel... be happy 4 u and your family too... kapan atuh dedek diajak main Jogjaa... miss mb Mel juga :*

      Delete

Post a Comment