Menyaksikan Cinta

Begitu banyak orang yang dengan mudahnya mengeja kata cinta. Berangan-angan ingin mencinta sampai tua. Tapi yang membuktikannya? 

Terlepas dari usia yang memang telah jadi takdir kita, sepertinya bertahan dalam cinta sampai usia senja tidak semudah teori-teorinya. Lalu apakah cinta yang bertahan selamanya hanya ada di dongeng saja?


Semoga apa yang ane lihat sore tadi menjadi jawaban, bahwa cinta bisa tahan lama. Ane sih optimis. Kamu? Kamu harus optimis juga dong. Kalau kamu nggak optimis, apa jadinya rumah tangga kita? *Ngomong sama Michael Buble #halah #eh maap ane udah insap :D

Jadi menuju kantor tadi, dari Papiti ring road agak ke timur alias baratnya JIH. Ane melihat sepasang tuna netra. Mereka bergandeng mesra. Yang laki-laki menuntun perempuannya. Perempuannya merangkul lengan suaminya (eh nggak tau juga ding suaminya atau bukan nggak sempet interviu, tapi ane sih khusnodzon bahwa mereka pasangan suami istri). Laki-laki itu mengarah-ngarahkan tongkatnya sambil coba menajamkan indra pendengaran. Dia kaya hati-hati banget, mungkin karena di sampingnya ada seorang istri yang menjadi tanggung jawab dan pastinya dia nggak pengen istrinya celaka.

Romantis banget nggak sih? Di tengah keterbatasan itu mereka bisa bergerak seirama. Kalau boleh ane menganalogikan. Lelaki tuna netra tadi adalah imam yang baik. Dia ada di depan, mengarah-ngarahkan tongkatnya, mencari jalan yang aman, kalau ada apa-apa dia rela untuk kena duluan. Perempuannya juga, dia makmum yang baik. Nggak banyak protes, nurut aja sama suaminya. Kenapa? Dia percaya bahwa suami baiknya nggak akan menjerumuskan dia. Suami baiknya sudah berusaha untuk mencarikan jalan terbaik agar mereka bisa selamat sampai tujuan.

Perpaduan antara tanggung jawab dan kepercayaan itu membuat mereka tidak khawatir atau takut akan kenapa-napa meskipun pada kenyataannya mereka nggak bisa ngelihat. Meskipun pada kenyataannya... ya ampun bayangin aja ring road kan rame banget ciiiin, kalau ane pakai logika ane yang cetek tentunya sangat berbahaya bagi mereka ada di sana. Tapi mereka fine-fine aja tuh.

Ya itu tadi ada perpaduan rasa tanggung jawab dan percaya pada pasangan. Itu yang bikin mereka tenang. Dan, bukankah komposisi cinta adalah dua rasa itu? Rasa tanggung jawab dan rasa percaya. Cukupkah?

Nah di sini tantangannya, percaya pada seseorang yang sebelumnya tidak kita kenal tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Sama halnya bertanggung jawab pada seseorang yang sebelumnya bukan apa-apa kita pasti butuh penyesuaian. Eum insting sok teu ane sih bilang, sok atuh ditambah lagi komposisi cintanya...

Tanggung jawab, percaya, karena Dia! Iya Diaaa... *ala-ala Dodit

Dia "D" nya besar... berarti yang ane maksud adalah yang maha besar, Allah SWT.

Yup, ketika semuanya karena Allah, bukankah Allah akan memudahkan? Bukankah Allah akan membantu? Karena sejatinya setiap pasangan yang saling mencinta juga sedang mencintai dan mengejar cinta Nya. Iya, mereka percaya bahwa Allah akan memudahkan laju bahtera mereka, mempertahankannya agar sampai tempat tujuan (baca: surga) dengan selamat, masih dalam keadaan saling mencinta.

Comments