Bianglala Waktu
Aku dan kamu, kita berangkat dari titik yang berbeda. Kamu di ujung sana dan aku di sini. Kita sama - sama tidak tahu, bagaimana pada akhirnya kita bisa bertemu di titik yang sama. Aku sendiri masih merasa jet lag dan dalam kebingungan memandangi apa yang sekarang melingkupi. Aku masih tidak paham, kenapa kamu? Kenapa kamu yang datang dan tiba-tiba lalu memijakkan kaki di bianglala yang sama denganku. Sebentar, atau... jangan-jangan sebenarnya aku yang saat ini sedang menumpang di bianglalamu?
Entahlah, tapi sepertinya kita berdua masih sama-sama bertanya tentang misteri ini. Masih mencoba saling ingin tau, karena di sini tidak ada teman bicara yang lainnya, yang ada hanya kamu dan aku. Dan udara tentu saja, tapi sayang dia sangat pendiam.
Ya, mau tidak mau, kita harus saling memahami, karena bianglala ini tidak hanya akan berputar sekali dua kali putaran. Dia akan selalu berotasi seperti bumi. Dan kita akan ikut selama waktu yang ditetapkan. Tentu akan sangat mengganggu kan jika kita tak saling mau tau? Tak mau menjadi teman. Haha...
Tunggu, tapi sepertinya aku terlalu terburu-buru. Sesungguhnya kita berdua baru bertemu. Baru memijakkan kaki di sebuah bianglala. Kamu lewat pintu utara aku membuka pintu selatan. Kaki kita baru masuk separuh, tangan kita baru menyentuh pinggir pintu, dan kita baru sekedar saling lempar pandangan. Lalu tersenyum. Lalu menunggu aba-aba dari Nya, untuk naik lalu duduk bersama. Atau berbalik. Semua terserah mauNya.
Pict: google
Comments
Post a Comment