Aku Memohon Ia Agar Mendekatkan Kita


Pagi hari jelang berangkat ke kantor. Seperti biasa saya berpamitan pada ibu, mencium tangan. “Kapan gajian?” Tanyanya.


"Mungkin besok Mi, ini kan baru tanggal 30."

"Ditabung ya."

"Em, mbak Dhita pengen Qurban, Mi."

"Gak usah, belum wajib kurban!"

"Lah, kan aku udah tua Mi. Kalau bisa ya Qurban."

Lalu seketika wajah ibu menjadi murung. Seperti tidak rela. Bagi ibu, saya masih belum wajib qurban karena masih ada keperluan yang lebih urgent. Pagi itupun menjadi tidak hangat lagi. Kami adu diam sampai saya berangkat.

Sepanjang perjalanan menuju ke kantor saya merenung. Apa saya sudah menyakiti ibu ya?

Jangan sampai niat baik untuk qurban malah jadi buruk karena saya menyakiti ibu sendiri.
Jujur saya galau. Qurban atau memenuhi perintah ibu untuk menabung?

Namun saya sangat ingin berqurban, apalagi tahun ini sesungghunya Allah sedang melapangkan rizki, ahamdulillah. 

Sejak beberapa saat saya juga sudah memohon-mohon pada Allah supaya dimudahkan untuk melaksanakan ibadah qurban.Dan saat Allah sudah menurunkan rizki, tiba-tiba ibu keberatan. Ya Allah.

Jadi saya harus berbuat apa? Berqurban hukumnya sunnah, mematuhi orangtua hukumnya wajib Tapi berqurban merupakan salah satu ibadah utama. Bingung.

Urusan ini urusan Allah, baiklah, mari dikembalikan pada Allah saja. Allah pasti punya solusi paling baik.

Pertama saya memohon ampun karena sudah menyakiti hati ibu, seorang hamba Allah yang sangat dicintaiNya. Bukankah menyakiti hamba Allah, sama halnya dengan menyakiti Allah? Astaghfirullah…

Lalu saya memohon supaya Allah melapangkan hati kami. Memberi hidayah pada kami. Semoga Ibu dilegakan hatinya sehingga mengijinkan untuk berqurban, kalaupun tidak, saya berkeyakinan Allah pasti punya maksud lain atas rizki yang diberikan pada saya. Sayapun lega. InsyaAllah apapun yang dikehendakiNya semua bermuara kebaikan.

Saya pulang ke rumah dengan lebih tenang, nothing to lose. Dan ibu juga sepertinya sudah lebih legowo. 

"Dhit, coba Bangkit dihubungi, jadi urunan qurban gak?"

Hah? masyaAllah, serius nih dibolehin qurban?

"Ya nanti kalian 500, sisanya ibu."

Hah? Ada angin apa? padahal beberapa hari lalu ibu sempat bilang belum ingin berqurban.

Allahu Rabbi… benarlah bahwa Allah yang menggenggam hati manusia, membolak balikkannya. Allah yang berkuasa memberi hidayah dan mencabutnya. Allah pulalah yang berkehendak mendamaikan atau memisahkan manusia.

Alhamdulillah kamipun berdamai, alhamdulillah kamipun belajar berqurban. Allahuakbar.


Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat: 102-107)
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (Al-Kautsar: 2)
  • Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah

Comments

  1. artikelnya inspiratif sekali,memang rencana allah itu pasti jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan.terimakasih sudah sharer :)

    ReplyDelete

Post a Comment