Harap dan Hidup


Ada yang bilang orang akan mati jika tidak memiliki harapan.Salah! Orang akan mati bila tidak memiliki nyawa hehe. Tapi harapan memang suatu hal yang penting. Saat kita punya sesuatu yang diharapkan, kita akan memperjuangkan harapan itu dan tidak ingin mati sampai harapan tersebut terwujud. Masa? Yah, tergantung sih, mungkin akan berbeda bagi masing-masing orang. Yang jelas bagi saya, harapan adalah sebuah motor penggerak amal.

Ketika kita mengharapkan surga, mengharap bersanding dengan Rasulullah, berharap dapat bertemu Allah, kita tentu tau konsekwensinya. Harapan itu harus dibayar lunas. If you love someone you'll do whatever it takes to meet him/her. Dalam hal ini pun begitu, Allah sudah kasih kita sebuah kitab suci yang di dalamnya berisi resep-resep menuju surganya Allah. Rasulullah pun pergi bukan tanpa wasiat, beliau memberi kita buku petunjuk untuk bisa - bahkan - bertetangga dengannya di surga kelak (Allahuma shali 'ala Muhammad). Ada larangan, ada perintah, ada anjuran. Tidak semua mudah dijalankan. Tapi bukankah di manapun cinta butuh pengorbanan? 

Sekarang, mari tanya diri sendiri. How bad we want it? Kita benar-benar ingin atau, yah kita sebenarnya tidak terlalu ingin. Sebenarnya kita ingin dunia saja. Sebenarnya kita mencintai Allah setengah hati saja? Tanya benar-benar pada hati, dia akan jujur.

Harapan juga erat kaitannya dengan percaya. Allah memang sudah menurunkan Al-Quran, Rasulullah juga sudah meninggalkan hadits, tapi percuma saja kalau kita tidak percaya yang ada di dalamnya. Tidak percaya bahwa janji Allah itu nyata. Subhanallah. 

Atau mungkin kita terlalu minder, dan menganggap Allah dan Rasul tidak sudi bertemu kita. Allah menciptakan kita, Allah mencintai kita, Allah juga ingin bertemu kita, bukankah itu sebab Allah mengampuni kita?\

“Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya lah kembali (semua makhluk). (40:3)

“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (6:160) 
Rasul juga ingin berjumpa dengan umatnya, kalau tidak buat apa Rasul melafadzkan Ummati, ummati, ummati? Mengapa beliau berdakwah sampai rela disakiti kalau bukan demi membawa Ummatnya ke surga? Buat apa Rasul memberi kita syafaat jika beliau tidak cinta kita... masyaAllah

"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)

Ayolah kita berbaik sangka pada Allah dan Rasul. Mempercayai bahwa Allah dan Rasul sangat ingin juga bertemu kita. Cinta hakikatnya saling kan? Allah sudah mencurahkan segala cintanya untuk kita. Kita juga mencintaiNya kan? mari tanya hati lagi. Mari lihat apa yang kita lakukan selama ini, sudah membuktikan lisan kita yang sering berucap cintakah? Tentu kita tau jawaban sesungguhnya, Astaghfirullah.

Semoga harapan bertemu denganNya membuat kita ingin hidup untuk terus beramal,  dan mati untuk segera bisa menemuiNya. Semoga ya teman-teman. Mari saling mendoakan :'(

Comments

  1. ketika asa harus dijawab dengan kebohongan maka semua akan menjadi penghianatan. ketika hidup terlalu banyak berharap, kadang kamu menemui kekecewaan. jalani dengan doa, lalu pasrahkan pada Tuhan. ada lima hal yang perlu kita perhatikan dalam hidup, yaitu berencana, berbuat, berdoa, menikmati, dan bersyukur. sisanya tinggal Tuhan yang mengaturnya. ok makasih atas pencerahannya. salam sahabat blogger dan ditunggu kunjungan baliknya di bengkel blogger.

    ReplyDelete

Post a Comment