Rasanya Luar Biasa


Entah sejak kapan saya mulai mempercayai hal ini. 
Ketika amanah datang kepamu tanpa kamu minta, itu tandanya Allah akan mendidik dan memapukanmu untuk menjalankan amanah tersebut.

Dulu, saat tergabung dalam sebuah organisasi menyenangkan bernama smart syuhada, saya suka kabur dari amanah. Alasan macem-macem, tapi hal paling mendasar mungkin karena saya tidak paham dengan apa yang saya lakukan. Parah banget kan? Keluarnya saya dari smart bikin saya merasa berdosa, karena saya tidak meninggalkan warisan apapun di sana. 

Lalu saya vakum berorganisasi. Buta sama sekali dengan yang namanya dakwah sekolah. Saya sudah sibuk dengan hingar bingar kerjaan. Tapi setiap ketemu temen yang membahas pelajar, rasanya ada sesuatu yang... entahlah bagaimana menyebutnya. Mungkin saya iri, saya ingin terlibat di sana lagi.

Lalu datanglah tawaran itu, dari mbak Maul. Untuk mengonsep sebuah acara puncak SILATNAS FORNUSA  II. Event besar di mana ROHIS-ROHIS dari seluruh Indonesia berkumpul, nah untuk tahun ini Jogja menjadi host nya. Nggak nyangka, karena niat awal saya ketemu mbak Maul hanya untuk ngobrol. Dan nggak kepikiran juga bahwa tawaran ini adalah tawaran serius. Waktu mbak Maul menawarkan itu, yang ada di kepala saya , "Oh, ya apa salahnya toh saya kerja di media, insyaAllah nanti kalau teman-teman butuh link bisa lah dicarikan." Sebatas itu saja.

Sampai akhirnya Iqbal, adeknya mbak Maul mengontak untuk tindak lanjut masalah ini. Loh? Ini beneran saya yang diminta ngonsep? 

Sanggup, nggak ya? Sempat ragu awalnya. Sempat mau ngeles lagi dan merekomendasikan orang lain. Tapi hati kecil menasihati saya, "Bersyukurlah karena Allah menunjuk kamu. Bersyukurlah karena tidak semua orang diijinkan untuk menjalankan amanah ini. Dakwah adalah sebuah kewajiban, banyak orang bingung gimana caranya berdakwah. Nah kamu dimudahkan oleh Allah untuk menjalankan kewajiban, masa mau ditolak?"

Ya sudah, bismillah. Saya nggak punya bekal apa-apa seputar event. Tapi marilah kita belajar bersama di sini. Harapannya sih bisa untuk menebus dosa juga.

Setelah ngobrol dengan teman-teman, akhirnya kepikiranlah satu konsep untuk acara puncak SILATNAS FORNUSA II.

Jujur saya terharu melihat teman-teman berusaha keras mewujudkan konsep itu. Padahal konsepnya rada absurd. Musti ini lah, itu lah. Cost nya juga banyak, tapi mereka berusaha membuat segalanya seperfect mungkin. Di tengah jadwal UTS dan sebagainya :)

Saat ngelihat talent latihan, saat mandu Angger dan Reza baca teks. Rasanya buncah. Dan baru sadar, oh... jadi gini ya rasanya menjalani sesuatu yang kita suka, kita pahami, dan kita tau tujuannya. Nggak capek. Menyenangkan. MasyaAllah.

Yang menegangkan adalah H-1. Ada sebuah properti yang sangat krusial, sayangnya udah cari kemanapun properti itu nggak ketemu. Dan akhirnya, ya... konsep harus diubah. Dalam waktu H- berapa jam. 

Beberapa hal dirombak, termasuk naskah. Kelar siaran saya harus bikin monolog baru. Saat gladi bersih naskah belum rampung, banyak yang tanya kejelasan acara. Dalam hati saya bilang, hanya Allah yang tahu, karena saya sendiri belum punya gambaran :D, maaf.

Malam itu juga naskah harus selesai. Ditemani 34 talent yang memakai baju adat, teman-teman dari Kebumen, dan panitia saya merampungkan naskah di GOR SMPIT ABY. Bisa selesai karena di sana ada semangat teman-teman. Kalau saya sendiri mungkin saya tidak mampu. Jam 23 tepat, naskah selesai.

Sampai dirumah, saya coba mensinkronkan naskah dengan audio yang sudah dikumpulkan oleh Iqbal. Thankz to Iqbal karena mengijinkan laptopnya saya pinjam.

Pagi...

Suasana XT square belum terlalu padat, begitu sampai saya buru-buru membriefing LO talent. Mendengarkan Angger dan Reza membaca teks, mengingat mereka baru mendapatkan teksnya hari itu juga. Sampai-sampai Angger bilang, "Wah mbak, baru pertama kalinya lho, acaranya berubah-ubah terus." Bukan hanya dia, yang lainpun juga banyak yang komentar begitu. Yes, life is never flat, buddy. And show must go on.

Padaaaat. XT Square padat, penonton membludak. Mereka harus dapat sesuatu dari acara ini. Dan orang-orang di balik layar sedang kelimpungan.

Saya  salah tangkap menganggap bahwa saya hanya dipasrahi untuk menghandle sesi 3. Ternyata saya seharusnya menghandle sejak awal... Saya bahkan nggak pegang rundown acara keseluruhan.. huhu... maaf. Tapi untung kami punya koor yang keren, Bayu. Dia bisa tenang mengambil alih semuanya. Dia yang menghandle acara. Terimakasih juga pada MC yang mau direpotkan dengan memikirkan beberapa penyesuaian yang ada.

HT kami kebawa pick up. Padahal kami butuh itu untuk komunikasi. Bukan hanya itu, sound system yang sangat tidak support untuk pagelaran, membuat acara kurang cantik. Mic mati dan sebagainya, padahal mic juga begitu penting.

Di sesi dua, Iqbal yang baru datang dari ujian memberi kabar bahwa kita tidak bisa menjalankan rencana untuk menempatkan 34 talent di balkon demi alasan keamanan. Oke, mari kita ubah lagi! Show must go on kan?

dll dll

Banyak sekali hal-hal yang terjadi di balik layar, hectic, panik, emosi, saling menguatkan, saling support. Macam-macam, dan ini tidak diketahui oleh penonton.

Lalu, apakah acaranya sukses? Sukses atau tidaknya sebuah acara menurut saya ditakar dari pelajaran yang bisa diambil dari acara tersebut. Proses menuju show, adalah proses belajar yang bagus untuk kita semua, bagaimana kita harus disiplin terhadap dead line, bagaimana kita harus bisa berfikir cepat, menerima masukan, menyesuaikan dengan keadaan. Dan yang terpenting, apakah acara tersebut bisa mendekatkan kita pada Allah atau justru sebaliknya.

Kekurangan saya akui terjadi di mana-mana, namun bukan berarti kita lantas berendah diri atau bermuram durja. Bersyukurlah, alhamdulillah Allah ijinkan acara terlaksana. Alhamdulillah, Allah tambahkan kita saudara. Alhamdulillah Allah beri kita pengalaman. Jika bisa menginspirasi dan menghibur tentu hal itulah yang sangat kami harapkan.

Yang jelas saya bahagia dengan event kemarin. Saya senang melihat anak-anak ROHIS berkerumun dalam pertemuan akbar dami satu cinta. Lillah!

"Dan amanahmu, sekecil apapun, lakukanlah dengan riang gembira. Karena bukan soal besar kecilnya amanah yang menentukan kita masuk surga, tapi bagaimana kita mampu menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Untuk Dia."

Teman-teman... terimakasih atas kerjasamanya... ini adalah akhir tahun yang indah. Rasanya luar biasa. MasyaAllah, Allahuakbar!

Bikin lagi yooook , ngundang Michael Buble :p

Oh iya, teman-teman peserta Silatnas dari penjuru nusantara, maaf pabila banyak kekurang nyamanan yg kalian rasakan. InsyaAllah kami perbaiki di kesempatan mendatang :)
pic : @yudhayuliardi

Comments