Rindu, Cinta, Waktu, dan Siapa

Hidup adalah kumpulan sesuatu yang tidak pernah tuntas. Semuanya dimulai tapi sedikit sekali yang bertemu titik. Rindu yang terpahat di atas kulit kayu itu, segaris demi segaris, minggu demi minggu, selalu menunggu tanpa tau kapan bertemu. Cinta yang dilontarkan ke atas lalu digenggam angkasa, seperti begitu nyaman di sana dan entah kapan kembali.

Tapi satu hal. Semuanya pasti berakhir, selesai maupun tidak. Semua pasti berakhir dengan sebuah jawaban atau tanda tanya. 

Waktu, dia begitu acuh memainkan perannya. Tidak bisa diajak kompromi. Waktu-waktu sudah diatur untuk begitu, patuh pada sang maha. Waktu untuk ini ,waktu untuk itu, dibatasi hanya segini atau segitu, tapi dia tidak mau tau apakah rindu-rindu itu telah bertemu atau masih membutuhkan perpanjangan waktu untuk menunggu. Apakah cinta itu sudah membumi dan dipeluk lagi atau masih tergenggam di angkasa dan minta waktu untuk bisa turun sebentar lagi.

Dan rindu yang setia menunggu berhak lelah juga lalu menyerah, apalagi jika masa menunggunya membuat ia kehabisan waktu. Pun Cinta, ia berhak tidak berharap lagi lalu pulang.

Namun, bukankah menyerah membuat resah? Karena jiwa ditinggalkan dalam dahaga. 

Maka jalan satu-satunya rindu bisa mengubah objek yang dirindunya, cinta bisa diperbolehkan mencari pengganti. Siapa?

Dia, yang tidak akan membiarkan menunggu. Dia, yang sedari dulu memeluk hangat dari segala penjuru. Dia, yang tidak terhalangi dimensi waktu. Abadi selamanya. Mengatur waktu

Comments

Post a Comment