Semua Memang Luar Biasa dan Ini Tidak Berlebihan


Saya berangkat dari rumah siang hari, saat laki-laki shalat Jumat. Rencananya ingin ke jalan Kaliurang. Karena motor yang biasa saya pakai bocor ban belakangnya, maka saya meminjam motor Pakdhe. Motor ini memang ajaib. Sudah ngak ngik suaranya. Rem depan dan belakang agak-agak seret, tapi masih bisa jalan. Jadi sebenarnya saya perlu dzikir banyak-banyak saat mengendarainya. Dan itu yang tidak saya lakukan, karena sepanjang jalan saya hanya menyanyi. Astaghfirullahaladzim.

Sedang asik-asiknya bernyanyi karena tiba-tiba saya mendapat inspirasi nada, tiba-tiba motor ini melambat, semakin lambat dan, o la la. Macet!

Macet bukan sembarang macet karena motor ini mesinnya hidup tapi bannya benar-benar tidak mau diajak maju atau mundur. Ngunci. Saya yang awam masalah permotoran bengong. Kok bisa ya? Beberapa Bapak yang lewat selepas Jumatan memandangi saya heran, dan berlalu. Kerennya lagi, handphone saya tinggal di rumah dan saya nggak bawa duit yang memadai. Perfect. Duh harus gimana ya, tapi saya tenang saja, saya yakin Allah melihat hambaNya yang culun ini dan sbentar lagi entah bagaimana caranya pasti Allah menolong saya. Saya yakin begitu karena sudah berkali-kali Allah menyelamatkan saya.

Tuh kaan bener... seorang Bapak menghampiri saya, dalam hati saya percaya bahwa orang ini pasti mau nolongin saya. Ha ha ha. 

"Motornya kenapa mbak?"
"Nggak tau nih Pak, kayanya bannya ngunci."

Lalu Bapak itu ngiterin motor saya, mengecek bannya dan membantu menepikan motor (Awalnya posisi motor saya mengganggu sekali bagi pengendara lain.). "Ada bengkel di sana," kata si Bapak. Secercah harap muncul namun layu kembali karena saya ingat, satu saya nggak bawa duit, dua motor ini kan kaga bisa jalan. Oh mai gad.

"Em, tapi motornya kan gak bisa jalan Pak." (modus)

Bapak itu mengangguk-angguk, tak lama dia bilang, "Saya panggilin bengkelnya mau?"

"Boleh Pak, tolong ya Pak!" Jawab saya semangat. (modus berhasil!)

Aduh semoga bapaknya beneran manggilin bengkel ya. Semoga saya nggak di PHP batin saya. Astaghfirullah, sempet-sempetnya negative thinking. Ampuni Aim ya Allah.

Tak lama ada dua emas-emas dengan motornya menghampiri saya. Emas berwajah santun namun bertato penuh, gondrong dan tindikan.

Woi, mas mau ngapain? Jangan macem-macem ya, emang saya cewek cantik apaan? Tapi ternyata mereka nggak ngegodain saya... yee GR tingkat amerika latin. Ha ha

Ternyata mas ini adalah mas bengkel yang dipanggil oleh Bapaknya. Tanpa banyak basa basi mereka langsung mengecek motor saya. "Kampasnya habis mbak, besi diadu besi, jadi nggak bisa jalan." Saya sempet tertegun. Ya ampun masnya penampilan sangar gini tapi baik banget. Jadi ngefens #halah malah salah fokus.

"Oh gitu, terus kalau ganti kampas bisa? Bayar berapa ya?"
"Kalau yang kaya gini 40 mbak,"

Duh nggak bawa duit sebanyak itu saya. Lalu saya melihat motor mio yang tadi dipakai si emas, jeng jeng ide jeniuspun muncul, "Saya nggak bawa duit nih, pinjem motor buat ngambil ke ATM boleh?"

Boleh dong, boleh dong, boleh dong (komat-kamit dalem hati.)

"Boleh mbak!"

Horeee

Lalu Bapak yang tadi manggilin bengkel pamit, sambil bilang "mbaknya beruntung loh, nggak sampai jatuh." Deg. Kata-kata Bapak ini...

Di jalan menuju ke ATM saya merenung, bagaimana kalau Mio ini saya bawa kabur, motor saya yang itu ambil aja nggak papa deh. Wooo ngawur. Nggak lah, saya beneran merenung. MasyaAllah, kelihatannya simpel tapi semua sungguh tidak simpel. Allah sudah atur semuanya. Kapan saya berangkat dari rumah, di mana saya macet, bagaimana cara macetnya, tokoh-tokoh yang membantu, semua sudah Allah atur. Dan semua diluar kendali saya sebagai manusia.

Saya yang tadinya hanya merasa senang karena ada yang nolongin menjadi sangat bersyukur. Ya Allah, bener kata Bapak itu, alhamdulillah saya nggak jatuh. Bagaimana kalau skenarionya agak lain, saya berangkat malam hari, di tempat ramai, kendaraan saya gas dengan ngebut, tiba-tiba ban ngunci, pasti saya tidak seimbang, lalu jatuh, ketabrak kendaraan lain, dan... apalagi saat itu saya sedang menyanyi, bukannya dzikir... naudzubillahimindzalik.

Selama ini kita memang bersyukur, tapi menganggap semuanya biasa saja. Yah, seperti memang sudah seharusnyalah begitu. Padahal semuanya kompleks. Semua diatur Allah dengan sangat detil, jam demi jamnya, detik demi detiknya. Untuk kita. Saat kita diberi kesempatan untuk bangun dari tidur, bukankah Allah juga bisa melakukan sebaliknya untuk kita? Saat kita bisa bernafas bebas, bukankah mudah bagi Allah menahan udara untuk kita? Semuanya tidak sederhana, tapi kita menganggap segalanya terlalu sederhana. 

Ya Allah...

Maaf, jika hamba baru sadar bahwa apapun yang berhubungan dengaMu, semuanya luar biasa, AMAZING!

Terimakasih juga kepada tiga orang baik yang hari ini nolongin saya. Semoga Allah balas emas-emas dan Bapak sekalian dengan yang lebih baik. Semoga putra-putri emas-emas ( ya, benar emasnya sudah berputra dan berputri. Sedih sih tapi ya sudah lah #loh? Opo iki maksude?) jadi putra-putri nan shaleh salehah dan baik hati seperti papah-papahnya. Aamiin. 

Kita memang perlu belajar untuk mensyukuri nikmat Allah secara berlebihan, karena selama ini kita sudah begitu mahir menyepelekan -marQuote-





Comments