Orientasi Akhirat


Dua kata ini cukup membuat saya diam di tempat, lalu merenung seketika mendengarnya. Orientasi akhirat a.k.a ridha Allah- saya dengar istilah ini pada sebuah kajian di senin sore bersama ustadz Syatori. Tidak perlu menjadi kafir untuk lupa akhirat. Saya yang asli muslim sejak brojol pun ternyata belum sejauh itu memikirkan akhirat. Makanya istilah ini membuat saya kejut sesaat. Ketika itu tiba-tiba di kepala saya seperti ada film yang diputar. Tentang tingkah-tingkah tidak tahu diri sebagai manusia yang bagai lupa kalau akhirat itu ada. Astaghfirullah.

Tahu dan sadar itu berbeda, teman. Kita tahu Tuhan ada, Allah ada, kita tahu itu. Tapi tidak setiap saat kita sadar bahwa Ia sungguhan ada sedang mengawasi kita. Kita tahu bahwa segala tingkah polah akan dimintai pertanggung jawaban, tapi tidak setiap detik kita sadar akan hal itu. Itulah kenapa seringkali kita khilaf. Nah menimbulkan kesadaran ini butuh mujahadah. Kesungguhan. Dan pertolongan dari Allah. Kita butuh menjadi sadar sebelum melakukan ini itu, tidak memulainya sebelum sadar apakah hal yang akan kita lakukan baik untuk akhirat kita atau tidak? Kira -kira akan menyusahkan kita di sana atau memudahkan? SADAR! 

Finally saya jadi teringat, bukankah sadar dan paham adalah pembeda kita dengan orang-orang yang sedang mabuk?

Jangan-jangan selama ini saat saya melakukan sesuatu tanpa berfikir panjang atau hanya menempatkan akhirat di deretan kursi terakhir, saya sedang setengah mabuk? Naudzubillah.

Sebentar, sebelum sampai di titik terakhir, sebenarnya kita juga harus sadar, kenapa ini itu harus berorieantasi akhirat?

Yah, simple, kalau bukan akhirat memangnya mau berorientasi apa? Apakah ada yang lebih kekal dari akhirat? Udah, gitu aja.

Semoga Allah senatiasa lindungi kita, bantu kita untuk selalu sadar mengingatNya sebelum melakukan apapun. Sebelum apapun itu menentukan harus masuk golongan mana kita.

Wallahua'lam bishawab

Comments