Doa Yang Baik Bagi Kita

Setiap kita lahir dengan potensi kebaikan. Setiap kita manis :)

Sudah lama tidak menjamah blog ini. Dan saya rindu. Saya rindu pada kepak kata-kata. Saya rindu merasa dinasehati oleh saya yang  lain. Saya yang lain?

Mungkin Anda juga merasa bahwa kita tidak hanya memiliki satu kepribadian. Kita adalah gabungan dari dua atau lebih hal. Ada aku yang baik ada aku yang jahat. Ada aku yang bijaksana ada aku yang pemarah. Ada aku yang pemaaf ada aku yang pendendam. Ada aku yang rajin ada aku yang pemalas.

Ya, aku-aku itu memang tidak pernah selalu aku yang baik atau selalu aku yang jahat. Mereka berdua berkejaran untuk merebut diri kita. Maka sesungguhnya kesempatan untuk memilih sisi baik atau buruk adalah 50:50. Atau 70: 30 atau 20:80. Kita yang memutuskan untuk  untuk condong ke sisi positif atau sebaliknya.

Sayangnya, jika ditanya antara sisi positif dan negatif kita sering lebih mudah menyebut sisi negatif. Aku memang gini, pemalas, pelupa, kurang disiplin, nggak pinter dan serentetan nada minus lain. Entah karena sok merendah atau karena memang selama ini kita merasa serendah itu.

Ada satu titik di mana saya menginsyafi hal itu, lalu beristighfar. Astaghfirullah, jangan-jangan selama ini keburukan yang ada pada diri saya adalah doa doa yang sering saya panjatkan?(tanpa sengaja)

Saat saya melabeli diri dengan, "aku tuh pelupa banget," "aku kok nggak bisa ya?," "ah, aku nggak paham," "aku memang mudah ingkar janji," "aku tukang telat,"

Bisa jadi kata-kata itu tertanam jadi sesuatu yang saya percaya dan membuat saya justru bersemangat membuktikan bahwa saya memang seburuk itu.

Semua berhak untuk jadi versi terbaik dari diri kita. Kita harus paham bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk terbaiknya, ya jasadi, ya rohani. Dari sananya kita dicipta punya ruh yang baik. Lalu kenapa dirusak dengan melabeli diri dengan keburukan?

Ada yang bilang, janganlah merasa sudah berbuat baik. Saya kurang sepakat, untuk berbuat baik tentu kita harus tahu, berbuat baik itu seperti apa, dan yang tidak baik seperti apa. Merasa berbuat baik setelah berbuat baik sah-sah saja, karena setiap kebaikan yang telah dilakukan harus dirasakan dan disyukuri. Kebaikan bisa ada karena Allah yg ijinkan, bukankah itu anugrah? Namun, jangan pernah merasa cukup berbuat baik, karena sesungguhnya selalu ada sesuatu yang lebih baik lagi yang bisa kita lakukan. Dan semua dimulai dari kepercayaan bahwa kita orang baik. Dengan doa bahwa kita bukan manusia buruk yang diciptakan hanya untuk memenuhi jagad raya. Kita ada karena Dia menginginkan kita. Dan Dia tidak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia.

Jadi mulai sekarang percayalah, bahwa kita bukan pelupa, kita seorang muslim yang rajin, kita muslim yang tepat waktu, kita adalah orang yang baik. InsyaAllah.

Semoga Allah mudahkan doa-doa kita terkabul. Aamiin.

Pict:here

Comments