Jadi Baik Itu Masalah Kebiasaan


Buku The Power of Habit itu sudah saya lihat lama, mungkin sekitar tiga atau empat bulan lalu ketika saya menyambagi toko buku. Namun ketika itu saya hanya meliriknya sekilas lalu berlalu melihat-lihat buku lainnya. Bagi saya, membaca sebuah buku haruslah berdampak, harus menggerakkan saya untuk berubah jadi lebih baik entah banyak entah sedikit. Membaca buku bukan sekadar baca lalu lupa tapi ada beban di sana. Nah, tentang The Power of Habit kenapa saya lewatkan begitu saja, karena pada saat itu saya merasa belum siap untuk mengetahui perihal kebiasaan dan lebih jelasnya saya belum siap mengubah kebiasaan. :D

Namun seiring berjalannya waktu, ada hal yang saya sadari. Saya tidak bisa begini terus, setiap melihat daftar keburukan yang saya punya, saya hanya menghela nafas, kapan ya bisa berubah? Dan akhirnya pada suatu masa saya mengambil keputusan untuk berubah. Ya, harus! Saya harus berubah. Saya langsung ambil kelemahan yang paling menonjol, yakni masalah ketepatan waktu, satu kelemahan yang sejak dulu saya maklumi karena kata penelitian-- orang sanguin memang telatan. Doktrin itu saya pegang sekian lama, kalau Anda tanya tentang excuse kenapa saya suka terlambat, tenang saja saya punya lebih dari sejuta alasan untuk datang terlambat. Namun, Alhamdulillah ada  hidayah datang entah lewat jendela kamar atau fentilasi kantor, yang jelas untuk mulai berubah saya sadar bahwa saya tidak boleh lagi memaklumi sifat telatan saya. Saya harus menerima kenyataan bahwa saya salah, dan sudah mendzalimi orang lain.

Dimulai di hari berikutnya, saya mulai memajukan jadwal rutinitas yang saya lakukan. Kalau biasanya saat siaran jam 9 pagi saya mandi setengah 8. Setelah memutuskan untuk berubah sekarang saya mandi jam 7 pagi.

 Saat mandi setengah 8 biasanya saya sampai kantor jam 9 teeeet!!! (Ketahuilah datang jam 9 padahal siaran jam 9 adalah sebuah keterlambatan karena kita tidak punya waktu untuk prepare, tidak sempat ngobrol dengan narasumber). Kini saat saya mandi jam 7 alhamdulillah saya bisa sampai kantor minimal 10 menit lebih cepat dari jam siaran. Simple kan? Saya hanya mengubah jam mandi. Kebiasaan itu saya lakukan terus menerus termasuk untuk janjian-janjian lain. Meskipun kadang ada bolongnya, tapi setidaknya saya gusar ketika terlambat. Kalau biasanya saya tidak memikirkan perasaan orang yang menunggu saya, sekarang saya mulai cemas dan merasa bersalah saat terlambat. Tentu kedisiplinan ini harus ditingkatkan terus agar tidak ada lagi keterlambatan-keterlambatan lain.

Berhubung saya merasa, kok ternyata mengubah kebiasaan buruk jadi baik itu enak, akhirnya kemarin saat ke toko buku saya beranikan untuk membeli buku The Power of Habit. Diluar dugaan, karena ternyata saya sangat menyukai buku ini sejak di bagian prolog. Buku ini berisi bagaimana kebiasaan seseorang terbentuk dan tips agar kita bisa memodifikasi pola kebiasaan. Garis besarnya, saat seseorang ingin mengubah kebiasaan maka ada tiga komponen utama yang membentuk Lingkar Kebiasaan...

Pemicu ---> Rutinitas ---> Ganjaran

Nah kita harus pelajari kita-kira hal apa yang bisa memicu kita untuk berubah, dalam kasus saya, pemicunya adalah jam mandi. Jadi saat saya menengok jam, Oh sudah jam 7 maka saya akan mandi. Sayapun melakukannya secara rutin. Kenapa bisa dilakukan secara rutin? Karena saya tahu ganjaran (upah)nya. Begitu sampai kantor saya bisa ngadem sebentar, saya melihat senyum terkembang di wajah produser saya :D Dan tentu saja saya bisa lebih mempersiapkan diri untuk memberikan siaran yang baik bagi pendengar.

Tapi di buku ini juga dijelaskan, bahwa kebiasaan lama yang sudah membersamai kita sekian  waktu sebenarnya tidak hilang. Ia tetap di sana meskipun kita coba tutup dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Sehingga kadang secara tidak kita sadari kebiasaan lama itu muncul kembali kepermukaan.

Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakuan pada Eugene yang mengidap ensefalitis viral. Virus yang menggerogoti otaknya. Penasaran? Maaf ceritanya begitu panjang saudara. :)

Buku ini lumayan tebal tapi kalimatnya padat dan dikemas jenaka. Banyak kisah-kisah menarik seperti fakta tentang pepsodent yang bisa laku keras karena Hopkins si ahli periklanan menemukan pemicu yang bisa membuat orang-orang amerika kala itu bersedia untuk gosok gigi dengan pasta.(Ya ampun saya baru tahu bahwa ada masa di mana kesehatan gigi orang amerika begitu buruk)

Selain kebiasaan perorangan buku ini juga membahas kebiasaan organisasi dan komunitas. Direkomendasikan bagi Anda yang ingin mempelajari pola kebiasaan dan mengubah kebiasaan buruk menjadi baik.

Yak, segalanya adalah masalah kebiasaan, dan saat sesuatu jadi kebiasaan maka akan lebih ringan dilakukan. Mari sama-sama berlajar berkebiasaan baik.

Terimakasih pada Charles Duhigg yang sudah melakukan ratusan perjalanan dan wawancara untuk menghasilkan karya bermanfaat ini ^_^

Comments