Sebuah Hari Bernama Bahagia
Pagi, dingin, dan bau tanah sisa hujan merupakan asesoris romantis pagi itu. Tidak nampak matahari, mendung belum juga mau pergi sejak semalam, namun bukan berati hari jadi kelam, hari hanya nampak lebih malu dari biasa.
Setelah memastikan bahwa segala peralatan yang dibutuhkan masuk ke dalam tas punggung berwarna kuning coklat yang mulai pudar, saya bergegas memacu motor membelah kota Jogja, dari utara ke selatan, tujuan saya adalah terminal Giwangan, terminal yang kini tak sekadar jadi tempat keluar masuk bus, lebih dari itu, terminal Giwangan adala sebuah terminal kenangan.
Di sanalah titik kumpul kami, beberapa kepala asal Jogja, dan kombinasi kepala lain dari luar kota bahkan pulau, Jakarta, Denpasar, Kalimantan.
Bukan, kami bukan berkumpul untuk membuat makar, sebaliknya, pagi itu orang-orang dengan variasi usia mulai yang muda hingga yang setengah tua punya niat untuk menularkan inspirasi bagi anak-anak berseragam merah putih di sebuah desa nun jauh di pucuk Jogja. Gunung Kidul.
Tidak setepat yang direncanakan memang, namun kami memutuskan untuk memaafkan dan bersenang-senang di sepanjang jalan.
Jalan menuju MI Muhammadiyah Macanmati, tempat para pemimpi kecil kami menunggu, bukanlah jalanan lurus semacam sirathal mustaqim. Jalan ini sengaja Tuhan ciptakan untuk menguji iman sekaligus memberi hadiah setimpal.
Bayangkan, menuju ke sana tidak bisa ditempuh dengan motor biasa, harus ada spesifikasi khusus yang membuat motor kuat menanjak tinggi, rem harus pakem karena setiap tanjakan akan berujung pada turunan curam dan kelokan tajam.
Namun di balik itu semua, Tuhan anugrahkan pemandangan indah. Langit kelabu mulai beranjak biru teduh, kabut tipis-tipis menjadi selimut cantik yang transparan bagi barisan hijau pohon di bebukitan. Belum lagi gumulan awan putih, sungguh kami bagai terperangkan di negri awan. Dan kabar gembiranya, jalanan ini panjang sehingga durasi keindahan membuat mata terpuaskan. Tuhan memang maha baik.
Setelah melalui beberapa kelokan, sampailah mobil kami di pelataran MI Muhammadiyah Macanmati. Ibu-ibu pengantar berdiri di luar pagar, tidak beranjak, mungkin sudah tersiar desas - desus akan ada orang kota main ke pucuk gunung dengan membawa banyak cerita. Mungkin mereka juga penasaran dengan apa yang akan kami perbuat pada putra -putrinya.
Anak-anak menghampiri kami, bersalaman dan mencium tangan. Beberapa menatap kami malu-malu. Beberapa berlari pergi. Rupa-rupa reaksi memang selalu menarik untuk dicermati.
Hari Inspirasi kami buka dengan pemanasan, melakukan flashmob dengan lagu kenangan anak 90an, Sherina "Kembali ke Sekolah."
Kami menari bersama, tertawa , bertubrukan, bergerak kikuk, terserah, yang penting hati riang, yang penting dingin hilang.
kakak fasil yang jadi instruktur senam :) |
Menarilah seolah tak ada siapapun yang melihatmu |
Photografer, Videografer dapat keringanan tak ikut menari, tapi mereka mengabadikan para penari. Mencari celah momen yang menarik untuk diabadikan dalam lensa kamera.
kakak, Anda terlalu serius, salah menaripun takkan dapat hukuman, bebaskan :) |
Selepas menari, adik-adik menuliskan cita-cita pada sebuah pin merah putih yang imut-imut. Ternyata dokter, polisi, TNI, pemain sepak bola, guru memang menjadi cita-cita favorit mereka. Untuk itulah kami datang, untuk bercerita pada mereka bahwa di dunia ini cita-cita banyak macamnya.
Dan acara intipun tiba, para inspirator masuk ke kelas-kelas, menyapa, berkenalan dan mempromosikan profesi masing-masing.
Kelompok kami terdiri dari 15 orang. 2 Fasilitator, 2 Videografer, 2 fotografer, dan 9 inspirator. Mari saya perkenalkan pada orang-orang menawan ini.
Fasilitator
Penggali falsafah hidup : Dani |
Calon guru idaman : Ine |
Mereka seperti O2, tidak terekspose namun sangat terasa esensinya. Mereka tidak menjadi objek foto atau video seperti para inspirator, gerak mereka adalah gerak-gerak gesit di balik layar. Yang namanya tidak sering disebut, yang tidak banyak bicara.
Fasilitator inilah yang menjadi turbin kami. Mulai dari bolak-balik survey lokasi, lobi-lobi dengan sekolah, membuat grup whatsapp, menampung aspirasi dari banyak kepala, bahkan setahu saya dari teman-teman, tepat malam hari sebelum hari inspirasi, mereka masih harus mempersiapkan ini itu hingga dini hari. Mereka juga harus bangun awal untuk memastikan gerakan flashmob. Tidur mungkin hanya sekitar tiga jam, tapi semangat mereka sama dengan orang yang punya waktu tidur lebih panjang. Satu hal yang juga mengagumkan adalah kemampuan mereka dalam merangkum lompatan-lompatan pikiran kami. Kak Ine dan Kak Dani terimakasih atas dedikasinya.
oow... kamu ketahuan flashmob pagi-pagi dengan dirinyaa... |
Fotografer dan Videografer
muda-muda udah jadi manten : Febri |
Perjalan dedek Febri ke Jogja sungguh heroik. Dia kehabisan tiket transport yang bisa membawanya ke sini beberapa hari sebelum acara, jadilah dia menunggang pesawat dini hari pukul empat, dan sesampainya di bandara ia langsung membonceng ojek untuk menembus Jogja pagi yang dingin. Bayangkan, dari Adisutjipto menuju Gunung Kidul. Jauh, sekitar 25 km. Alhamdulillah, ia bisa sampai di lokasi dengan selamat dan bapak Ojek tentunya-- sebelum kami melakukan tari menari.
Tanpa leha-leha dan manja-manja, gadis mungil yang dikira single oleh salah satu inspirator ini langsung ambil bagian, mengabadikan kenangan.
foto favorit
Hasil jepretan Febri |
the man behind makanan enak : Abdi |
Foto Favorit
hasil jepretan Abdi |
Pria tahan angin : Mas Gogon |
dedek yang slalu kurius : Indra |
Inspirator
Inspirator adalah mereka yang di Hari Inspirasi kebagian tugas menginspirasi dan menceritakan tentang profesi mereka masing-masing
Inspirator Abadi
Ayah pemilik anak rupawan : Kak Indras profesi : enviromental engineering |
Pria yang pandai ber ala-ala : Kak Rendi profesi : Bea Cukai |
Tuan rumah penyabar : Kak Tia profesi : Apoteker |
Anak berbakti yang tak lupa beli gudeg buat papah : Kak Iva profesi : Analyst Claim Reimbursment |
dedek solihah nan tak bisa diam barang sejenak : Kak Winda |
Inspirator Nubi
kakak yang cuman bisa naksir cowok pinter: Kak Wani| profesi : Public Relation |
gadis manis pendiam yang berani bilang "aku punya fotomu" pada mas-mas : Kak Arum | Profesi: perawat |
pria yang nafasnya adalah dasadharma pramuka : Kak Teguh | profesi : field officer |
butiran debu di antara galaksi bimasakti : Kak Dhita | profesi : penyiar |
Ya, kami adalah para newbie di kelas Inspirasi. Bukankah selalu ada pertama kali dalam segala hal? Dan kami bersyukur bisa mencicipi Kelas Inspirasi Yogyakarta yang ke 4, semoga sebagaimana para senior, kamipun dapat lanjut menginspirasi ke sebanyak-banyaknya tempat dan meninggalkan sesuatu yang kelak bermanfaat bagi kehidupan adik-adik. Kalau bukan mengumpulkan amal sekarang, mau kapan lagi?
Kelas-kelas penuh inspirasi
Kami masuk ke kelas-kelas, satu inspirator menggawangi antara tiga sampai empat kelas. Hari itu saya kebagian mengajar kelas 3,6 dan 2. Mengajar anak-anak bukanlah pengalaman pertama bagi saya. Namun saat yang kita ajarkan bukan pelajaran, rasanya tetap berbeda. Tantangannya adalah bagaimana membuat anak-anak yang tidak semuanya punya radio itu mengerti tentang profesi penyiar. Saya yakin teman-teman yang lainpun punya tantangan yang sama. Menjelaskan profesi bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Apalagi kadang ada istilah-istilah kurang populer dalam profesi kami.
Tapi alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Setidaknya mereka tahu bahwa saat mereka dewasa nanti mereka bisa memilih jadi apa saja. Bahwa cita-cita tidak mutlak terperangkap dalam kotak kecil yang terbatas, cita-cita itu luas Nak. Maka bercita-citalah yang banyak dan besar, yang berkah jangan lupa.
Oh iya, dari semua siswa istimewa ada satu yang cukup mencuri perhatian kami, namanya Jarot duduk di kelas 6. Sejak awal ditanya cita-cita dia sudah bisa menyebutkan secara spesifik, adik manis ini ingin jadi DOKTER BEDAH! Wow. Ketika saya masuk dan bilang bahwa saya seorang penyiar dia langsung bisa mengikuti gaya seorang penyiar, rupanya Jarot adalah pendengar setia Andika fm. Tak hanya itu, Jarot juga punya suara gemilang, mungkin ia kelak akan jadi dokter yang menyembuhkan pasien dengan suara merdunya.
Jarot sedang khusyuk |
Jarot sedang membaca salam dan request dari teman sekelas |
Dan tibalah kami pada tengah hari, sebelum adzan dzuhur berkumandang, kelas kami sudahi. Ada rangkaian kegiatan lain untuk menutup hari inspirasi. Saat itu kami menuliskan cita-cita lagi dan menggantungkannya di ranting pohon.
apapun mimpimu, bermimpilah karena Allah, raihlah karena Allah |
Calon perawat masa depan |
wuuussshhh kami siap terbang meraih impian Kak |
SEMANGAT KAAK! |
Salim, cium tangan sama emak |
Geng Heboh! |
kami akan kembali untuk senyuman semanis ini |
Terimakasih untuk ukhuwah ini ya Rabb |
Kepala sekolah MI Muhammadiyah Macanmati beserta guru dan staff yang sudah mengijinkan kami mendapat isnpirasi dari tempat ini.
bagi saya Pak Asrorudin seperti Mr. Yip dalam IP MAN :D |
Bagus kak.. banyak perumpamaan2 yg unik dan tulisan yg menyentuh pancaindera..
ReplyDeleteterimakasih kak Ren, saya harus banyak belajar dari njenengan :)
DeleteBagus kak.. banyak perumpamaan2 yg unik dan tulisan yg menyentuh pancaindera..
ReplyDeleteTempat keluar masuknya perasaan #eaaaak --- aku sukaaa ������ -iVa-
ReplyDeleteperasaanku melihat kalian yg semangat meski harus menempuh perjalanan jauh ke Jogja kakak Ivaaa :* terimakasih inspirasinya
DeleteCompleted...
ReplyDeleteMembacanya seperti mengikuti alur air...
matur nuwun sampun mampir mas Gon
DeleteIhh.. Kakak Dhita, kece banget sih.. Love. Love. Andai abangku belum punya calon, tak jodohkan lah ini.. whehehehe.. Sukak sama setiap untaian kata-katamu kak Dhit..
ReplyDeleteyou are more kece kakak panitia PIY :*
Deletebagus banget tulisannya, ah jadi terinspirasi buat ikut bisa berguna buat orang lain :)) gmana cara joinnya? aku pengen, oia btw salam kenal :)
ReplyDeleteayok kak ikutan, sila cek kelasinspirasi.org yhaaa :)
DeleteJadi seperti nostalgia. Keren mbak dhit. 💖
ReplyDelete