Kata




Saya bukan pujangga ataupun punggawa sastra yang mahir berbahasa. Saya hanya seorang perempuan yang menyukai kata dan tanda baca yang berderet menggandengnya. 

Kata bisa mengumpulkan rindu tanpa harus tahu ke mana muaranya. Kata bisa menghangatkan walau tanpa bara dan kata adalah sarana kita mengumbar rasa.

Tapi sejak kenal dia kata-kata itu sirna-- berubah jadi makna, sesuatu yang melampaui rasa. 

Sejak kecil saya mengenal kata cinta,tapi baru tahu maknanya saat ada dia. Saya tahu rasa rindu dari dalam buku, dan kini mengerti betapa lara sebuah kerinduan tanpa jumpa. 

Kata-kata seperti tenggelam begitu saja, lumat saat saya menatap matanya, menggenggam jemari kasarnya, membelai pipinya. Pria di depan saya bukan lelaki biasa, di pundaknya ada tanggung jawab besar, lebih besar dari dunia seisinya. Ia adalah nahkoda yang membawa kapal kami berlayar mengarungi bahtera. Pasang surutnya diatur Tuhan namun ialah yang harus menghadapi tantangannya. Dan saya di sisinya sebagai teman, mengikuti kemana saja kemudi dibawa, kadang saya jadi teman yang menyenangkan, kadang menjengkelkan, kadang membuatnya ingin putar haluan, tapi pada akhirnya dia memilih tegar dan tetap melaju karena ia tahu lelaki sejati bukan ia yang mudah menyerah lantas pergi, lelaki sejati adalah ia yang selalu punya alasan untuk bertahan di tengah coba dan dera.

Terima kasih sudah mengubah kata jadi makna, kelak jika kita diinjinkan menua bersama tulisan ini akan jadi pengingat betapa dahulu kala seorang yang keranjingan kata-kata akhirnya lebih memilih meletakkan pena dan menghabiskan waktu untuk sekadar bertatap bersama di ujung senja.

Comments