Valdi Valdo
Aku mengaguminya semenjak kecil. Semenjak pertama kali ia pindah menempati rumah kosong bekas rumah om Eddy. Aku mengaguminya yang bisa bersenang-senang dengan apapun. Iya, APAPUN, bahkan tanah becek dan hujan deras. Sore itu hujan turun lebat sekali. Suara petirnya membuatku bolak balik dari pinggir jendela lalu ke kamar mama, lalu ke pinggir jendela lagi untuk mengintipnya. Ia hanya mengenakan kaos singlet dan celana pendek lalu meletakkan payung di samping yang akhirnya berbalik karena tertiup angin. Ia jongkok di atas kubangan berwarna coklat susu, menaruh sebuah kapal kertas yang langsung hancur, tidak kuat menerima air dari langit yang bertubi-tubi. Tapi ia tetap asik, tetap tertawa ria, bahkan sekarang ia duduk tidak jongkok lagi. Ia biarkan kertas yang jadi bubur itu. Kini aku tidak punya ide tentang apa yang akan ia lakukan. Lalu tiba-tiba, ia menghampiri payung yang terbalik tadi- sudah ada genagan air di sana, ia mengangkatnya pelan-pelan, masih dal...